IHSG Terkapar Lagi, 7 Saham Big Cap Ini Jadi Biang Keladinya
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi parah pada perdagangan sesi I Rabu (8/11/2023), di tengah sikap investor yang cenderung wait and see menunggu berbagai keputusan penting baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Per pukul 09:58 WIB, IHSG ambles 1,12% ke posisi 6.767,392. IHSG kembali terkoreksi ke level psikologis 6.700 pada sesi I hari ini.
Sekitar 58 menit setelah dibuka, nilai transaksi indeks sudah mencapai sekitar Rp 2,8 triliun dengan melibatkan 8 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 507.060 kali. Sebanyak 121 saham menguat, 359 saham melemah dan 197 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor energi menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,52%. Selain sektor energi, sektor bahan baku juga memperberat IHSG yakni sebesar 1,13%
Selain itu, beberapa saham juga memperberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG pada sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | -11,39 | 5.775 | -1,70% |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | -8,78 | 5.175 | -1,43% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -8,24 | 73 | -5,19% |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | -5,85 | 3.520 | -1,40% |
Bank Central Asia | BBCA | -5,21 | 8.900 | -0,84% |
Astra International | ASII | -4,52 | 5.700 | -2,15% |
Bayan Resources | BYAN | -4,01 | 18.575 | -1,07% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Tiga saham perbankan raksasa menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) hingga mencapai 11,4 indeks poin, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 8,8 indeks poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 5,2 indeks poin.
Selain itu, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga memperberat gerak IHSG pada sesi I hari ini, yakni masing-masing 5,8 indeks poin dan 8,2 indeks poin.
Investor sepertinya masih menimbang data cadangan devisa (cadev) RI pada Oktober 2023 yang terpantau kembali melandai kemarin.
Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2023 sebesar US$ 133,1 miliar, menurun dibandingkan bulan sebelumnya US$ 134,9 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa sebesar US$ 1,8 miliar antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,".
Meski begitu, ke depan, BI memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Di sisi lain, malam hari ini Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell akan memberikan pidato pembuka untuk acara merayakan seratus tahun Divisi Riset dan Statistik.
Sebagai catatan, Divisi Penelitian dan Statistik (R&S) dibentuk pada tahun 1923 ketika Divisi Analisis dan Penelitian dikonsolidasikan dengan Divisi Statistik. Divisi R&S telah lama bertanggung jawab untuk memberikan dukungan penting kepada Dewan Direksi dan Federal Open Market Committee (FOMC) dalam berbagai masalah ekonomi dan keuangan.
Para pelaku pasar menunggu informasi perihal kebijakan yang akan di ambil The Fed dan menjadi patokan bank sentral negara lainnya untuk mengambil keputusan termasuk investor.
Sebagai informasi, The Fed menahan suku bunga acuan untuk kedua kalinya pada awal November ini di level 5,25-5,50%.
Oleh karena itu, saat ini pelaku pasar cenderung masih bersikap wait and see untuk menunggu berbagai keputusan penting baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)