Pelaku Pasar Masih Wait and See, Rupiah Dibuka Hijau

rev, CNBC Indonesia
08 November 2023 09:09
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Dolar Asia, Melawai, Blok M, Jakarta, Selasa, (3/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap wait and see pasar perihal data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang akan dirilis pagi hari ini.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka Rp15.610/US$ atau menguat 0,1%. Hal ini berkebalikan dengan penutupan perdagangan kemarin (7/11/2023) yang melemah 0,58%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.59 WIB naik tipis 0,07% menjadi 105,61. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (7/11/2023) yang berada di angka 105,54.

Hari ini (8/11/2023), Bank Indonesia (BI) akan merilis Laporan Survei Konsumen periode Oktober yang mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi. Survei Konsumen BI pada September 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ada di level 121,7. Indeks melandai ke level terendah sepanjang tahun ini.

Sementara survei yang dilakukan Trading Economics memproyeksikan IKK Indonesia kembali turun ke angka 121,1 atau turun 0,6 poin dari periode sebelumnya. Jika hal ini terjadi, maka IKK ini akan menjadi yang terendah sejak Desember 2022 atau hampir satu tahun terakhir.

Lebih lanjut, sentimen negatif juga datang setelah BI mengumumkan bahwa cadangan devisa (cadev) yang turun US$1,8 miliar menjadi US$133,1 miliar.

Kekhawatiran pasar semakin meningkat karena posisi cadev saat ini merupakan yang terendah di sepanjang 2023. Jika penurunan ini terus berlanjut, maka kemampuan pemerintah dalam membayar utang luar negeri serta menstabilkan mata uang Garuda akan semakin terbatas.

Di sisi lain, malam hari ini Ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell akan memberikan pidato pembuka untuk acara merayakan seratus tahun Divisi Riset dan Statistik.

Sebagai catatan, Divisi Penelitian dan Statistik (R&S) dibentuk pada tahun 1923 ketika Divisi Analisis dan Penelitian dikonsolidasikan dengan Divisi Statistik. Divisi R&S telah lama bertanggung jawab untuk memberikan dukungan penting kepada Dewan Direksi dan Federal Open Market Committee (FOMC) dalam berbagai masalah ekonomi dan keuangan.

Para pelaku pasar menunggu informasi perihal kebijakan yang akan di ambil The Fed dan menjadi patokan bank sentral negara lainnya untuk mengambil keputusan termasuk investor. Sebagai informasi, The Fed menahan suku bunga acuan untuk kedua kalinya pada awal November ini di level 5,25-5,50%.

Oleh karena itu, saat ini pelaku pasar cenderung masih bersikap wait and see untuk menunggu berbagai keputusan penting baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular