Investor Mulai Ambil Cuan, Bursa Asia Dibuka Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Selasa, 07/11/2023 09:00 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik berbalik arah ke zona merah pada perdagangan Selasa (7/11/2023), di mana investor mulai merealisasikan keuntungannya setelah beberapa hari bergairah.

Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,76%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,9%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,36%, Straits Times Singapura terpangkas 0,25%, ASX 200 terdepresiasi 0,4%, dan KOSPI Korea Selatan ambruk 1,98%.

Indeks KOSPI Korea Selatan langsung terkapar di pagi hari ini setelah kemarin ditutup meroket nyaris 6%, ditopang oleh pemberlakuan kembali larangan short selling di pasar saham Korea Selatan.


Dari China, data ekspor-impor hingga neraca dagang periode Oktober akan dirilis pada hari ini. Sebelumnya pada September lalu, neraca dagang China tercatat sebesar US$77,71 miliar. Sementara konsensus memperkirakan akan terjadi kenaikan neraca dagang China menjadi US$81,95 miliar dan semakin memperpanjang tren surplusnya.

Ekspor dari China pun diproyeksikan masih rendah meski mulai ada perbaikan yakni terkontraksi 3,1% (year-on-year/yoy) dari periode sebelumnya yang kontraksi 6,2% (yoy).

Begitu pula dengan impor yang masih cukup rendah namun diekspektasikan lebih baik yakni kontraksi 5,4% (yoy), dari periode sebelumnya kontraksi 6,2% (yoy).

Sementara dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) pada hari ini akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya. RBA diperkirakan akan melanjutkan pengetatannya kali ini, setelah mempertahankan suku bunga acuan selama empat pertemuan berturut-turut.

RBA diprediksi akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp), dari sebelumnya di level 4,1% menjadi 4,35%, berdasarkan konsensus pasar dalam Trading Economics.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang berbalik arah melemah terjadi di tengah masih menguatnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, meski penguatannya juga sudah mulai terpangkas.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupnaik 0,1%, S&P 500 menguat 0,18%, dan Nasdaq Composite berakhir terapresiasi 0,3%.

Laporan pekerjaan bulanan yang lemah mendorong imbal hasil (yield) obligasi lebih rendah, sehingga memberikan dorongan pada ekuitas.

"Pasar saham memiliki awal yang kuat di bulan November, dan langkah ini tampaknya pantas dilakukan mengingat apa yang kita lihat di sebagian besar, meskipun tidak semua, indikator sentimen kami," tulis Lori Calvasina, kepala strategi ekuitas AS di RBC. Pasar modal.

Kemarin, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun turun 2,5 bp menjadi 4,637%, dari sebelumnya pada Jumat pekan lalu di 4,662%.

Pasar tenaga kerja yang mulai mendingin masih menjadi penopang Wall Street kemarin. NFP AS meningkat sebesar 150.000 pada September, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Jumat pekan lalu. Data ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 170.000, dikutip dari CNBC International.

Sedangkan untuk tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,9% pada Oktober lalu. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di 3,8%.

Data tenaga kerja yang mendingin ini menjadi kabar baik bagi dunia karena mencerminkan inflasi yang melambat sehingga memungkinkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed melunak.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel