Ini Rapor Keuangan Emiten Menara Telko Q3, Siapa Juaranya?

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
06 November 2023 13:50
Doc. Tower Bersama
Foto: Doc. Tower Bersama

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten menara telekomunikasi yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melaporkan kinerja keuangan hingga kuartal III-2023. Beberapa emiten menara telko yang sudah menyampaikan lapkeu ialah emiten Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara (TOWR), emiten Grup Telkom PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel, dan PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT).

Namun, satu dari tiga emiten besar di sektor menara telko, yakni PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG) milik Grup Saratoga justru belum mempublikasikan lapkeu di situs BEI.

Direktur TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan, laporan keuangannya masih dalam penelaahan terbatas oleh kantor akuntan publik (KAP). "Laporan akan disampaikan selambat-lambatnya 30 November 2023," katanya, dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin (6/11).

Sementara, dua emiten lainnya di sektor menara yang telah menyampaikan kinerja keuangan kuartal III ini adalah PT Solusi Tunas Pratama (SUPR) dan PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI). Sementara, PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON), PT Inti Bangun Sejahtera (IBST), PT LCK Global Kedaton (LCKM), dan PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) belum melaporkan.

Dari lima emiten menara telko, Mitratel masih menjadi emiten dengan pertumbuhan laba bersih tertinggi dalam 9 bulan tahun ini, jauh melampaui para kompetitornya.

Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) ini meraih laba bersih sebesar Rp 1,43 triliun, tumbuh 17% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,23 triliun. Capaian laba bersih ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan Mitratel sebesar 12% dari Rp 5,61 triliun menjadi Rp 6,27 triliun.

Kompetitornya, Sarana Menara atau TOWR, laba bersihnya justru turun sebesar 5,20% menjadi Rp 2,43 trliiun, dari periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar Rp 2,56 triliun. Pendapatan TOWR pada periode ini naik 8% menjadi Rp 8,72 triliun dari sebelumnya Rp 8,12 triliun.

Sedangkan TBIG yang belum merilis laporan keuangannya, sebagai perbandingan di semester I-2023, TBIG mencetak laba bersih Rp 689 miliar, turun 17% dari sebelumnya Rp 826,14 miliar, dengan pendapatan juga turun tipis 0,61% menjadi Rp 3,28 triliun dari Rp 3,30 triliun.

Hingga akhir September 2023 ini, emiten menara telko lain yang juga membukukan pertumbuhan laba ialah Solusi Tunas Pratama (STP Tower) atau SUPR, sebesar 4% menjadi Rp 767 miliar. Sejak Oktober 2021, SUPR sebetulnya sudah diakuisisi TOWR melalui anak usahanya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo).

Sementara itu, BALI mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 14,47% menjadi Rp 130 miliar dari sebelumnya Rp 152 miliar. Pemulihan kinerja khususnya bottom line juga dicatatkan CENT yang mampu memangkas rugi bersih 47% menjadi rugi Rp 726 miliar dari rugi Rp 1,36 triliun.

Dalam siaran persnya, per 31 Oktober 2021, manajemen MTEL mengungkapkan bahwa pendapatan yang naik didorong oleh kenaikan jumlah menara dan serat optik (fiber optic), baik secara organik maupun anorganik. Pertumbuhan ini disertai dengan kenaikan jumlah penyewa (tenant) dan kolokasi (layanan di mana operator telko menyewa menara yang dimiliki perusahaan menara, bukan dibangun berdasarkan order).

"Sejak sebelum initial public offering (IPO) sampai saat ini, kami terus memperbanyak jumlah menara dan serat optik, terutama di luar pulau Jawa. Kini, kami menikmati hasil dalam bentuk pertumbuhan jumlah penyewa dan kenaikan pendapatan," kata Direktur utama MTEL
Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy.

Selama 9 bulan di tahun 2023, Mitratel membangun 481 menara baru serta menambah 1.192 menara melalui akuisisi, sehingga per akhir September lalu, jumlah menara milik MTEL mencapai 37.091 menara.

Adapun sebaran menara Mitratel meliputi 15.505 menara di Jawa dan 21.586 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara. Hal ini mendorong pertumbuhan penambahan tenant di luar Jawa sebesar 11%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 10%.

Pertumbuhan kepemilikan menara ini mampu diimbangi dengan kenaikan jumlah penyewa sebesar 10,5% menjadi 55.704 tenant dari sebelumnya 50.390 tenant (year on year/yoy).

Sementara itu, jumlah kolokasi naik 21,3% menjadi 18.613 dari sebelumnya 15.339 kolokasi (yoy). Sepanjang tahun ini, Mitratel juga berhasil memperpanjang serat optik menjadi 29.042 Km. "Hal ini menunjukkan bahwa strategi kami untuk ekspansi dan mengoptimalkan pertumbuhan di luar Jawa sesuai dengan strategi ekspansi dari operator seluler di Indonesia," katanya.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terkoreksi Selama Sepekan, Saham MTEL Mulai Dilirik Asing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular