Kabar Baik Buat IHSG, Bursa Asia Sumringah Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
02 November 2023 08:43
foto : Reuters
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Kamis (2/11/2023), di mana investor cenderung menyambut baik keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang menahan suku bunga acuan.

Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melesat 1,17%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,22%, Shanghai Composite China menguat 0,26%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,55%, ASX 200 Australia melompat 1,19%, dan KOSPI Korea Selatan melejit 2,01%.

Dari Korea Selatan, inflasi konsumen (consumer price index/CPI) pada periode Oktober 2023 telah dirilis pada hari ini. CPI Korea Selatan pada bulan lalu naik menjadi 3,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 3,7% pada September lalu.

Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Ginseng turun menjadi 0,3% pada bulan lalu, dari sebelumnya sebesar 0,6% pada September 2023.

Inflasi yang kaku menjadi alasan bagi bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) untuk mempertahankan skenario suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, yang mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 19 Oktober dan memperingatkan risiko inflasi akibat konflik Israel-Hamas dan harga minyak global.

"Perlambatan inflasi diperkirakan akan terjadi lebih bertahap dari perkiraan awal karena risiko geopolitik di Timur Tengah dan suhu rendah yang tidak normal," kata Menteri Keuangan Korea Selatan, Choo Kyung-ho dalam pertemuan kebijakan pada hari ini, dikutip dari Nikkei Asia.

Sebagian besar analis memperkirakan BoK akan mempertahankan suku bunga hingga kuartal pertama tahun depan dan menurunkannya sebesar 25 basis poin menjadi 3,25% pada kuartal kedua tahun 2024.

Sementara itu dari Australia, surplus perdagangan menyempit ke level terendah dalam dua tahun terakhir pada September lalu, disebabkan oleh penurunan tajam ekspor beberapa logam, sementara impor meningkat tajam di tengah peningkatan permintaan barang modal dan barang rekreasi.

Ekspor Australia turun 1,4% pada September, dari bulan sebelumnya sebesar 4,6%, terutama dipengaruhi oleh penurunan pengiriman logam dan emas non-moneter.

Sedangkan impor Australia justru naik menjadi 7,5% pada September lalu, dari sebelumnya sebesar 0% pada Agustus 2023, karena banyak perusahaan mengirimkan lebih banyak barang modal. Lonjakan permintaan terhadap barang-barang hiburan seperti mainan dan barang-barang hiburan lainnya juga mendorong impor yang lebih tinggi.

Alhasil, surplus perdagangan Negeri Kanguru turun menjadi A$ 6,77 miliar pada September 2023, dari sebelumnya sebesar A$ 10,16 miliar.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung bergairah terjadi di tengah cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, setelah pengumuman keputusan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmenguat 0,67%, S&P 500 melesat 1,05%, dan Nasdaq Composite berakhir melejit 1,64%.

Investor cenderung menyambut baik dari keputusan The Fed yang menahan suku bunga acuannya.

The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Namun, The Fed menegaskan jika inflasi belum berjalan secepat keinginan mereka sehingga potensi kenaikan suku bunga masih ada.

Hal ini menjadi kedua kalinya dalam dua pertemuan terakhir The Fed menahan suku bunganya. The Fed terakhir kali menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 25 Juli 2023.

Keputusan menahan suku bunga juga sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.

Dalam pernyataan resminya, The Fed mengatakan jika indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kuat pada kuartal III-2023, tetapi data tenaga kerja sudah bergerak moderat. Tingkat pengangguran juga masih rendah dan inflasi masih tinggi.

"Komite tetap menetapkan target inflasi di kisaran 2%. Dalam menetapkan kebijakan moneter, komite akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari pengetatan moneter, dampak ekonomi, dan perkembangan sektor keuangan," tulis The Fed dalam keterangan resminya.

Chairman The Fed, Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat FOMC menjelaskan jika upaya untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2% masih jauh.

AS kemarin juga melaporkan data tenaga kerja Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS). Data terbaru menunukan penciptaan lapangan kerja naik 56.000 menjadi 9,55 juta pada September, level tertingginya dalam empat ulan terakhir. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar di 9,25 juta.

Sektor swasta hanya menambah 113.000 tenaga kerja pad Oktober, di bawah ekspektasi pasar yakni 150.000

Data tenaga kerja adalah salah satu yang menjadi pertimbangan The Fed ke depan.

Pelaku pasar juga masih menunggu laporan keuangan periode Juli-September 2023. Dari 310 perusahaan yang sudah melaporkan keuangan sebanyak 79,7% menunjukkan perbaikan kinerja di atas ekspektasi sementara 16,1% di bawah ekspektasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular