Dana Asing Masih Terus Keluar, Dolar Kian Dekati Rp15.900
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan derasnya capital outflow pekan lalu.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka Rp15.870/US$ atau stagnan 0,00% jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan Jumat (20/10/2023) yang ditutup di angka Rp15.870/US$ juga.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.58 WIB menguat sebesar 0,05% menjadi 106,22. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (20/10/2023) yang berada di angka 106,16.
Fluktuasi rupiah hari ini didorong karena kebijakan suku bunga BI yang di luar ekspektasi pasar dengan menaikkan suku bunganya menjadi 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (19/10/2023).
Kenaikan suku bunga ini dipicu salah satunya akibat tensi geopolitik yang kian kental khususnya antara Israel dan Palestina serta perang Rusia-Ukraina yang belum selesai hingga saat ini.
Ketegangan perang ini dapat memicu tingginya harga minyak dunia yang berujung pada tingkat inflasi baik di negara maju maupun berkembang yang sulit untuk diturunkan.
Selain itu, bank sentral AS (The Fed) pun berpotensi menaikkan suku bunganya pada Desember 2023 sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50-5,75%. Lebih lanjut, sikap higher for longer pun dapat memberikan tekanan bagi mata uang negara lainnya khususnya rupiah.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa ada probabilitas sekitar 40% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 bps di Desember 2023. The Fed akan menggelar pertemuan pada awal November mendatang.
Oleh karena itu, BI mengantisipasi dengan menaikkan suku bunganya agar selisih antara Fed Fund Rate (FFR) dengan BI rate tetap ada dan menjaga capital outflow yang terus terjadi belakangan ini.
Kenaikan tersebut diharapkan dapat memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak mengingat tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk mitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3 plus minus 1% pada 2023 dan 2,5 plus minus 1% pada 2024.
Sebagai catatan, data transaksi 16 - 19 Oktober 2023 yang dirilis oleh BI, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp5,36 triliun terdiri dari jual neto Rp3,45 triliun di pasar SBN, jual neto Rp3,01 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,10 triliun di SRBI.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(rev/rev)