Saham BREN Mulai Lesu, Sempat Ambles 3% Lebih
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten Energi Baru dan Terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terpantau ambles pada perdagangan sesi II Jumat (20/10/2023), setelah selama sembilan hari beruntun melesat.
Per pukul 14:18 WB, saham BREN ambles 1,73% ke posisi harga Rp 3.980/unit. Bahkan, saham BREN sempat ambrol 3,21% ke Rp 3.920/unit pada awal perdagangan sesi I hari ini.
Saham BREN sudah ditransaksikan sebanyak 21.773 kali dengan volume sebesar 59,51 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 240,85 miliar.
Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini sudah mencapai Rp 532,47 triliun. Dengan kapitalisasi pasarnya yang sudah lebih dari Rp 500 triliun, maka saham BREN kini sudah berada di atas kapitalisasi pasar saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan berada di bawah PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Hingga pukul 14:18 WIB, di order bid atau beli, pada harga di Rp 3.900/unit, menjadi antrian beli terbanyak pada sesi II yakni sebanyak 27.267 lot atau sekitar Rp 11 miliar.
Sedangkan di order offer atau jual, pada harga Rp 4.000/unit, menjadi antrian jual terbanyak pada sesi II yakni sebanyak 9.412 lot atau sekitar Rp 3,8 miliar.
Saham BREN sukses melesat sembilan hari berturut-turut di zona hijau dan sempat menyentuh auto reject atas (ARA) lima hari beruntun (plus 1 kali ARA lagi pada 17 Oktober 2023) hingga Kamis kemarin. Sejak listing pada 9 Oktober 2023 hingga kemarin, saham BREN sudah terbang hingga 339,74%.
Meroketnya saham BREN hingga lebih dari 300% membuat investor pun mulai merealisasikan keuntungannya pada hari ini. Alhasil, saham BREN pun terkoreksi.
Di lain sisi, valuasi saham BREN yang sudah terbilang sangat mahal atau premium juga menjadi pertimbangan investor untuk merealisasikan keuntungannya.
Dengan raihan laba bersih sebesar Rp 440,5 miliar (dirupiahkan) selama kuartal I-2023 (data terakhir dalam prospektus IPO), price to earnings ratio (PER) BREN mencapai 336,11 kali. Artinya, saham BREN sudah super mahal.
Bahkan, PER BREN sangat jauh di atas kompetitor dan peers perusahaan EBT Asia yang memiliki PER rata-rata 14,4 kali.
Sedangkan price to book value (PBV) BREN yang menyentuh angka ekstrem 162,96 kali juga menunjukkan valuasi pasar emiten ini sudah kadung menyentuh 'atap langit'.
Kemudian, rasio PBV juga di atas pesaing dalam negeri, seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sebesar 2,01 kali, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) sebesar 4,75 kali, dan PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) sebesar 1,25 kali, bahkan sang induk yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sebesar 4,03 kali.
Di lain sisi, lini bisnis BREN yang menjanjikan menjadi daya tarik tersendiri bagi BREN dengan emiten EBT lainnya. BREN memang salah satu pemain utama dalam pengembangan panas bumi di Indonesia, sebuah sektor yang menjadi fokus dalam rencana energi terbarukan pemerintah.
Dengan potensi sumber daya panas bumi yang melimpah di Indonesia, BREN berada dalam posisi yang kuat untuk mendukung pertumbuhan energi terbarukan dalam bauran energi negara ini.
Kinerja keuangan yang positif dan pertumbuhan kapasitas yang pesat menjadikan BREN sebagai perusahaan yang menarik bagi para investor. Hanya saja, investor sebaiknya menunggu perbaikan kinerja perusahaan lantaran valuasi BREN yang sangat mahal saat ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)