The Fed Kasih Angin Segar, Rupiah Malah Ambruk Lagi

rev, CNBC Indonesia
20 October 2023 09:19
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru di tengah sikap dovish bank sentral AS (The Fed) untuk pertemuan November mendatang serta kenaikan suku bunga BI.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka Rp15.845/US$ atau melemah 0,22% jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (1910/2023) yang juga terdepresiasi 0,54%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.01 WIB justru hanya menguat tipis sebesar 0,08% menjadi 106,33. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (19/10/2023) yang berada di angka 106,25.

Kemarin (19/10/2023), BI telah mengumumkan kenaikan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%. Hal ini di luar ekspektasi pasar yang mayoritas memprediksi BI akan tetap menahan suku bunganya di 5,75%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan perubahan kebijakan ini terjadi akibat situasi dunia yang sangat tidak pasti dan untuk menjaga inflasi tetap rendah apalagi di tengah tensi geopolitik yang masih memanas yang berpotensi inflasi cukup sulit ditekan tetap rendah.

Senada dengan BI, Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro, menjelaskan BI perlu melakukan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps saat ini untuk menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas nilai tukar, dengan sinyal untuk melakukan pengetatan lebih lanjut bila diperlukan

Sementara itu, sentimen yang dapat menggairahkan pasar domestik datang dari Ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell yang menyatakan akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan mendatang meskipun tetap menekankan adanya potensi kenaikan di masa depan jika ekonomi dan inflasi AS masih panas.

Pelaku pasar pun menerjemahkan pernyataan Powell sebagai nada yang lebih dovish. The fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di kisaran saat ini 5,25-5,50% pada November mendatang tetapi membuka kenaikan pada Desember jika ekonomi dan inflasi AS masih tinggi.

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan 7,8 % pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini turun dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 11,5%.

Dengan sikap dovish The Fed dalam jangka waktu pendek, maka angin segar dapat berhembus ke pasar keuangan domestik termasuk rupiah. Tekanan terhadap rupiah pun sedikit dapat dihindari dengan pemberitaan saat ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular