BRI Tahan Banting Era Suku Bunga Tinggi Karena Ini

Muhammad Khadafi, CNBC Indonesia
13 October 2023 13:40
Gedung BRI.
Foto: Dok: BRI

Jakarta, CNBC Indonesia — Bank Indonesia telah menahan suku bunga pada level yang terbilang tinggi sepanjang tahun ini hingga September 2023. Hal ini akan memaksa bank untuk mengerek suku bunga kredit. 

Lazimnya kenaikan suku bunga kredit akan menggerus margin keuntungan bank dan juga memiliki risiko meningkatkan kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL). 

Era suku bunga tinggi diperkirakan bakal bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama. Pasalnya sikap hawkish The Fed hingga saat ini belum berakhir. Pun Bank Sentral Amerika Serikat tersebut memberikan sinyal menurunkan suku bunga acuan dengan tempo yang lebih lambat. 

Dalam hal itu, bank sentral di banyak negara, termasuk Indonesia, lazimnya akan mengikuti langkah The Fed. Hal ini dilakukan dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar mata uang di masing-masing negara. 

Terkait hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah meminta perbankan untuk memperkuat pencadangan seiring dengan potensi risiko selama periode suku bunga yang relatif tinggi.

"OJK meminta perbankan mempersiapkan pencadangan (CKPN) yang memadai untuk mengantisipasi terjadinya potensi peningkatan risiko selama masa periode suku bunga yang relatif tinggi," kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Juli 2023, dikutip Kamis (7/9/2023).

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) masih menahan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75% sejak Januari 2023. Bank Sentral telah mengerek suku bunga acuan sebesar 225 basis poin (bps) hanya dalam 6 bulan atau pada periode Agustus 2022 hingga awal tahun ini.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. telah meningkatkan pencadangan secara signifikan sehingga mampu meredam gejolak perekonomian ke depan. 

Direktur BRI Sunarso mengatakan saat ini perusahaan memiliki pencadangan terhadap NPL sebesar Rp 90 triliun atau tiga kali lipat dari total NPL yang senilai Rp 30 triliun. 

Sunarso mengatakan di tengah era suku bunga tinggi yang terpenting adalah berupaya mengelola likuiditas secara optimal dengan tingkat risiko yang terkendali. 

BRI per Juni 2023 melaporkan rasio NPL sebesar 2,95%, turun 31 basis poin (bps). Posisi loan at risk (LAR) atau kredit dalam risiko juga membaik dari 28,3% pada 2020 menjadi 14,9% per Juni 2023. 

Dalam tren perbaikan kualitas aset, BRI tetap meningkatkan LAR coverage dari 28,3% pada 2022 menjadi 49,1% per Juni 2023. Pada periode yang sama, NPL coverage BRI masih tergolong tinggi, meski sudah dalam tren menurun. 


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Top! BRI Cetak Laba Bersih Rp 60,4 Triliun di 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular