
Saham Perbankan Ngacir, BBNI Terdepan! Udah Naik 4,35%

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham perbankan Indonesia kelompok KBMI 3-4 terpantau menguat pada perdagangan sesi I Kamis (12/10/2023), meski ketidakpastian masih cenderung tinggi.
Per pukul 10:28 WIB, dari 13 saham bank KBMI 3-4, tercatat sepuluh saham menguat, satu saham cenderung stagnan, dan dua saham melemah.
Berikut pergerakan saham bank KBMI 3-4 pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | 5.400 | 4,35% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 1.585 | 1,93% |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 5.350 | 1,90% |
Bank OCBC NISP | NISP | 1.145 | 1,78% |
Bank Central Asia | BBCA | 9.050 | 1,40% |
Bank Pan Indonesia | PNBN | 1.245 | 1,22% |
Bank Tabungan Negara (Persero) | BBTN | 1.255 | 1,21% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | 6.075 | 0,41% |
Bank Danamon Indonesia | BDMN | 2.840 | 0,35% |
Bank CIMB Niaga | BNGA | 1.710 | 0,59% |
Bank Mega | MEGA | 5.225 | 0,00% |
Bank Permata | BNLI | 925 | -0,54% |
Bank Maybank Indonesia | BNII | 258 | -0,77% |
Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi saham bank yang penguatannya paling besar pada sesi I hari ini, yakni mencapai 4,35% ke posisi Rp 5.400/unit. Saham BBNI sebelumnya sempat melakukan stock split atau pemecahan saham pada 6 Oktober lalu.
Saham perbankan kembali bergairah meski sentimen pasar global masih belum kondusif. Apalagi diperparah dengan adanya konflik di Timur Tengah, membuat ketidakpastian kembali meninggi.
Di lain sisi, investor sedang menanti rilis data inflasi konsumen (consumer price index/CPI) Amerika Serikat (AS) periode September 2023.
Inflasi konsumen (consumer price index/CPI) periode September akan dirilis malam hari ini waktu Indonesia. Data CPI AS sangat ditunggu pelaku pasar global karena akan menentukan arah kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) ke depan.
Jika inflasi masih tinggi, maka itu mencerminkan ekonomi AS yang masih panas sehingga The Fed akan sulit mengubah sikapnya menjadi lebih lunak. Dunia pun harus ikut menanggung dampak tersebut jika The Fed kembali mengerek suku bunga pada November mendatang.
CPI AS pada bulan lalu diprediksi naik menjadi 0,3% secara bulanan (month-on-month/mom) dan cenderung turun sedikit menjadi 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sebagai catatan, CPI AS naik ke 3,7% (yoy) pada Agustus 2023, dari sebelumnya sebesar 3,2% (yoy) pada Juli lalu.
Investor percaya bahwa data inflasi yang ditunjukkan dalam laporan tersebut akan memainkan peran penting dalam menentukan terkait kebijakan The Fed dalam memutuskan kebijakan suku bunga pada pertemuan dua harinya yang dimulai pada 31 Oktober.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dividen di Depan Mata, Saham BCA, BRI, BRIS Hingga Mandiri Ngegas