Suku Bunga Tinggi, OJK Beberkan Hasil Stress Test Bank
Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian dihadapi sejumlah gejolak dari dunia global. Mulai dari era suku bunga tinggi, baik pada acuan global maupun Bank Indonesia (BI) serta adanya tren pelemahan rupiah.
Dalam kondisi ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa stress test secara rutin dilakukan baik oleh otoritas maupun bank sendiri guna mengetahui ketahanan perbankan. Baik itu dari sisi solvency maupun liquidity, termasuk memperhitungkan faktor pelemahan rupiah juga disertai pemburukan faktor makroekonomi lainnya dalam skenario utama.
"Berdasarkan hasil stress test, kondisi perbankan masih kuat dalam menghadapi pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam jawaban tertulisnya, Selasa (10/10/2023).
Ia memaparkan data Agustus 2023 menunjukkan net eksposure untuk foreign currency di perbankan yang dilihat dari rasio Posisi Devisa Netto (PDN)
tergolong sangat rendah, yaitu sebesar 1,72%. Itu jauh lebih rendah dari threshold sebesar 20%.
"Hal ini mengindikasikan bahwa eksposure terbuka bank dalam valas relatif rendah terhadap permodalan bank," kata Dian.
Di samping itu, ia menjelaskan bahwa dari sisi likuiditas, perbankan juga memiliki bantalan yang memadai untuk menjaga risiko serta tetap mendorong penyaluran kredit. Antara lain, rasio AL NCD, AL DPK, dan LCR masing-masing sebesar 118,50%; 26,49%; 232,30% serta rasio LDR sebesar 83,38% pada Agustus 2023.
(fsd/fsd)