Rupiah Makin Ambles, Dolar Kini Sentuh Rp 15.730
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat inflasi AS yang cukup sulit terkendali dan suku bunga AS yang berpotensi naik.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.730/US$ atau melemah 0,29% terhadap dolar AS. Posisi ini melanjutkan pelemahan pada penutupan perdagangan kemarin (9/10/2023) yang ditutup anjlok 0,51%. Lebih lanjut, posisi ini juga merupakan yang terlemah sejak 11 bulan terakhir.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Selasa (10/10/2023) pukul 15.04 WIB, berada di posisi 106,16 atau naik 0,08% jika dibandingkan penutupan perdagangan Senin (9/10/2023) yang ditutup di angka 106,08.
Kondisi ekonomi AS saat ini masih cukup ketat karena inflasi yang diperkirakan masih cukup tinggi khususnya yang akan dirilis pekan ini. Sebagai catatan, AS mencatatkan inflasi periode Agustus 2023 naik menjadi 3,7% (year on year/yoy) dibandingkan periode Juli di angka 3,2% secara tahunan (yoy). Kenaikan harga di AS lebih tinggi dibanding perkiraan konsensus sebesar 3,6% yang dikutip dari Trading Economics.
Jika inflasi AS menurun dengan lambat atau malah naik maka artinya ekonomi AS masih panas sehingga inflasi sulit melandai dengan cepat ke target kisaran bank sentral AS (The Fed) yakni 2%.
Alhasil suku bunga AS pun diproyeksikan masih cukup tinggi bahkan perangkat CME FedWatch mencatat The Fed berpotensi kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) antara November atau Desember 2023.
Lebih lanjut, kondisi ini juga diikuti dengan capital outflow dari pasar keuangan domestik. Tercatat berdasarkan data Bank Indonesia dan merujuk transaksi 2 - 5 Oktober 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp2,50 triliun terdiri dari jual neto Rp2,92 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,02 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,40 triliun di SRBI.
Hal ini bukan tanpa alasan karena imbal hasil di AS sebagai negara maju sangat menarik apalagi jika AS kembali menaikkan suku bunganya. Maka dari itu, imbal hasil deposito dan obligasi akan disukai investor.
Sentimen ini juga dipertegas oleh Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menambahkan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS memang kini disebabkan kondisi eksternal yang tidak menentu, khususnya kebijakan suku bunga The Fed yang berpotensi masih akan tinggi demi menekan tren inflasi di AS yang sulit turun cepat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(rev/rev)