Survei BI: Indeks Penjualan Riil Bakal Melambat di September

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Selasa, 10/10/2023 12:49 WIB
Foto: Pengunjung salah satu supermarket di Jakarta, Rabu, (29/6/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan Indeks Penjualan Riil (IPR) September akan mencapai 200,2, atau tumbuh sebesar 1,0% (yoy). Pertumbuhan ini melambat dari bulan sebelumnya. 

"Kinerja ini ditopang oleh Subkelompok Sandang serta Kelompok Suku Cadang dan Aksesori yang tumbuh positif," tulis BI dalam siaran pers, Selasa (10/10/2023).

Secara bulanan, pertumbuhan penjualan eceran diprakirakan mengalami kontraksi sebesar 1,9% (mtm) pada September 2023.


Kinerja penjualan eceran pada mayoritas kelompok tercatat menurun. Sementara itu, kelompok barang budaya dan rekreasi tercatat membaik meski masih terkontraksi.

Adapun, pertumbuhan kinerja IPR ini lebih rendah dibandingkan IPR Agustus 2023. IPR Agustus 2023 tercatat sebesar 204,1 atau secara tahunan tumbuh 1,1% (yoy).

Adapun, kinerja Agustus ditopang oleh peningkatan makanan, minuman dan tembakau serta kelompok suku cadang dan aksesori dan subkelompok sandang. Ini sejalan dengan masih terjaganya permintaan domestik saat event hari Kemerdekaan RI.

Hal ini juga ditopang oleh kelancaran distribusi dan kondisi cuaca.

BI mengungkapkan pertumbuhan penjualan eceran secara bulanan diprakirakan mengalami kontraksi sebesar 1,9% (mtm). Kinerja penjualan eceran pada mayoritas kelompok tercatat menurun, sementara Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi tercatat membaik meski masih terkontraksi.

Dari sisi harga, BI meramal tekanan inflasi pada November 2023 akan meningkat. Namun, inflasi diperkirakan akan menurun pada Februari 2024.

"Hal ini diindikasikan oleh Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) November 2023 sebesar 119,9, lebih tinggi dari periode sebelumnya, sebesar 118,7," kata BI.

Sementara itu, IEH pada Februari 2024 tercatat sebesar 129,7. Ini lebih rendah dari periode sebelumnya 134,0.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed