Tak Peduli Timur Tengah Memanas, Bursa Asia Dibuka Bergairah
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka kompak menguat pada perdagangan Selasa (10/10/2023), meskipun ada tekanan dari memanasnya situasi di Timur Tengah setelah kelompok militan Palestina Hamas menyerang militer Israel.
Per pukul 08:32 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang terbang 2,38%, Hang Seng Hong Kong melejit 1,84%, Shanghai Composite China menguat 0,29%, Straits Times Singapura melesat 0,97%, ASX 200 Australia melonjak 1,18%, dan KOSPI Korea Selatan melompat 1,29%.
Pasar saham Hong Kong kembali dibuka normal pada hari ini, setelah kemarin pasar saham Hong Kong mengalami hari perdagangan yang diperpendek hanya dua jam karena sesi pagi terpaksa dibatalkan akibat adanya topan Koinu.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,59%, S&P 500 bertambah 0,63%, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,39%.
Sebelum ditutup menghijau, Wall Street sempat dibuka di zona merah, karena kekhawatiran pelaku pasar akan dampak dari memanasnya situasi di Timur Tengah.
Pelaku pasar sempat khawatir bahwa harga komoditas energi seperti minyak akan terbang setelah ketegangan di Timur Tengah kembali memanas akibat penyerangan Hamas ke Israel pada akhir pekan lalu.
"Saya pikir ini (pasar yang sempat melemah) adalah reaksi sesaat dan kaget dari pasar. Kekhawatiran itu kini sedikit mereda. Namun, perlu beberapa hari ke depan untuk memahami berapa besar dampak dari perang ini terhadap pasar," tutur Anna Rathbun, analis dari CBIZ Investment Advisory Services., dikutip dari CNBC International.
Konflik Israel-Palestina memanas pada Sabtu pekan lalu setelah kelompok militan Hamas melancarkan invasi, yang tampaknya mengejutkan Israel.
Lebih dari 700 warga Israel tewas dalam apa yang disebut Hamas sebagai Operasi Banjir Al Aqsa, dan setidaknya 490 warga Palestina tewas dalam serangan balasan Israel di Jalur Gaza.
Sebagai informasi, Hamas adalah kelompok perlawanan Israel yang didukung oleh Iran dan telah memerintah Jalur Gaza sejak 2007.
Meningkatnya ketegangan geopolitik yang disebabkan oleh konflik tersebut dapat berdampak pada pasar energi, dan beberapa ahli memperkirakan akan terjadi "lonjakan mendadak" pada harga minyak.
Melansir CNBC International, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melejit 4,35% pada Senin kemarin, diperdagangkan di atas US$ 86,4 per barel.
Meskipun Israel dan Palestina bukanlah pemain utama dalam sektor energi global, kedua negara tersebut berlokasi di kawasan penting untuk produksi minyak yang dapat mempunyai implikasi lebih luas.
"OPEC+, kartel minyak yang mencakup Rusia yang bukan anggota OPEC, akan tetap berhati-hati dalam setiap langkah untuk memperluas produksi minyak lebih lanjut dan mengubah rencana pengurangan," kata Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman kepada CNBC International, Minggu (8/10/2023).
Di sisi lain, tekanan bursa saham masih terjadi dari imbal hasil Treasury 10-tahun yang menyentuh 4,78% atau level tertinggi dalam 16 tahun terakhir.
Meningkatnya ketegangan juga dapat memicu volatilitas lebih lanjut di pasar yang membuat pelaku pasar khawatir akan inflasi yang terus berlanjut dan suku bunga yang lebih tinggi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)