Suku Bunga AS Berpotensi Bakal Sama dengan BI, Rupiah Ambles

rev, CNBC Indonesia
09 October 2023 15:13
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disaat suku bunga AS berpotensi kembali menaikkan suku bunganya dan sama dengan suku bunga Bank Indonesia (BI).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.685/US$ atau melemah 0,51% terhadap dolar AS. Posisi ini berkebalikan dengan penutupan perdagangan Jumat (6/10/2023) yang menguat 0,03%. Bahkan di tengah perdagangan, rupiah sempat melemah hingga menyentuh level psikologis baru yakni Rp15.700/US$.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Senin (9/10/2023) pukul 15.07 WIB, berada di posisi 106,56 atau naik 0,49% jika dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (6/10/2023) yang berada di posisi 106,04.

Pelemahan rupiah hari ini didominasi oleh sentimen eksternal yang kian kental khususnya datang dari AS.

Saat ini, posisi suku bunga Fed Fund Rate (FFR) dan Bank Indonesia (BI) Rate yang berpotensi setara pada level 5,75% berisiko menimbulkan gejolak di Tanah Air. Menteri Keuangan era Presiden SBY, Chatib Basri meyakini bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan FFR satu kali lagi tahun ini. Jika FFR meningkat dan sama dengan suku bunga BI, maka risiko arus dana keluar bisa terjadi.

"Artinya FFR mungkin akan par dengan BI rate. Dengan kondisi ini ada risiko outflow dari Indonesia. Ini menjelaskan mengapa rupiah melemah beberapa waktu terakhir," papar Chatib di laman Instagram miliknya @chatibbasri, dikutip Senin (9/10/2023).

Rovandi Analis KGI Sekuritas berpendapat serupa. Dia mengatakan jika suku bunga BI dan The Fed setara, dikhawatirkan akan banyak dana asing keluar.

"Kenapa karena par-nya terlalu kecil. Sekarang yield government bond RI dan AS tinggal beda 2,3-2,4%," ujarnya.

Jika terus suku bunga The Fed naik, ini akan menjadi tekanan bagi BI pada Oktober ini.

"BI tidak akan mau sama dengan The Fed," tegas Rovandi.

Bahkan, BI pun telah merilis capital outflow dari data transaksi 2 - 5 Oktober 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp2,50 triliun terdiri dari jual neto Rp2,92 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,02 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,40 triliun di SRBI.

Hal ini yang semakin menekan mata uang Garuda dan berpotensi berlanjut jika BI tidak gencar melakukan intervensi di pasar spot, DNDF, serta menbeli SBN di pasar sekunder.

Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia Banjaran Surya Indrastomo menambahkan, selain dengan triple intervention, BI juga perlu memperkuat instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk memikat aliran modal asing masuk ke Indonesia, sebab hingga akhir tahun menurutnya rupiah masih akan tertekan.

"SRBI saat ini sudah mencatatkan progress positif tetapi masih belum cukup untuk meredam dampak tertekannya nilai tukar, yang disebabkan karena masih minimnya minat investor asing untuk instrument tersebut. Dibutuhkan intervensi lebih kuat untuk menarik modal asing masuk kembali ke Indonesia," tegas Banjaran.

Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede juga menganggap, penguatan triple intervention dan SRBI sebagai instrumen operasi terbuka untuk menarik investor asing, juga harus diiringi dengan penguatan pengelolaan devisa hasil ekspor atau DHE melalui implementasi TD DHE Valas BI.

"Sehingga mendorong terjaganya supply valas di domestik yang berikutnya akan menopang terjaganya stabilitas rupiah," ucapnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular