Konflik Israel-Hamas Bikin Saham Migas RI Berterbangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten minyak bumi terpantau berterbangan pada perdagangan sesi II Senin (9/10/2023), di tengah melonjaknya harga minyak mentah dunia setelah menegangnya geopolitik di Timur Tengah.
Per pukul14:39 WIB, tujuh saham pertambangan minyak dan pendukungnya terpantau terbang lebih dari 5%. Bahkan, ada yang sudah melejit hingga 16% lebih.
Berikut pergerakan saham emiten minyak bumi pada perdagangan sesi II hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Apexindo Pratama Duta | APEX | 246 | 16,04% |
Medco Energi Internasional | MEDC | 1.480 | 10,04% |
Surya Esa Perkasa | ESSA | 735 | 9,70% |
Energi Mega Persada | ENRG | 264 | 7,32% |
Radiant Utama Interinsco | RUIS | 306 | 6,99% |
Astrindo Nusantara Infrastruktur | BIPI | 115 | 5,50% |
AKR Corporindo | AKRA | 1.485 | 4,58% |
Sumber: RTI
Saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) memimpin penguatan saham minyak pada sesi II hari ini, yakni melejit 16,04% ke posisi harga Rp 246/saham.
Melejitnya saham minyak RI pada hari ini terjadi di tengah melonjaknya kembali harga minyak mentah dunia pada hari ini.
Harga minyak mentah dunia dibuka kompak melesat pada perdagangan hari ini, karena ketidakpastian di wilayah Timur Tengah.
Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 3,09% di posisi US$ 85,35 per barel, sementara minyak mentah Brent melonjak 2,72% ke posisi US$ 86,88 per barel. Bahkan, harga minyak sempat melonjak 5% pada pagi hari ini.
Konflik militer di Timur Tengah meningkatkan harga minyak dunia. Israel menggempur daerah kantong Palestina di Gaza pada Minggu kemarin, menewaskan ratusan orang sebagai pembalasan atas salah satu serangan paling berdarah dalam sejarahnya ketika kelompok Islam Hamas membunuh 700 warga Israel dan menculik puluhan lainnya.
Amukan pejuang Hamas di kota-kota Israel pada hari Sabtu adalah serangan paling mematikan sejak serangan Mesir dan Suriah dalam perang Yom Kippur 50 tahun lalu dan mengancam akan memicu konflik lain dalam konflik yang telah berlangsung lama.
Secara khusus, dampak dari ketegangan di Timur Tengah yang memanas, membuat adanya kemungkinan bahwa pasokan minyak dari Iran akan terganggu.
"Mengingat ketatnya pasar minyak fisik pada kuartal keempat tahun 2023, pengurangan langsung ekspor minyak Iran berisiko mendorong kontrak berjangka Brent di atas US$ 100/barel dalam jangka pendek," kata analis di CBA dalam sebuah catatan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Mentah Dunia Lagi Galau, Ada Apa?
