
Saham AMMN Meroket, Harta Agoes Projo Bertambah Jadi Rp42 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten tambang emas-tembaga, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), melonjak tinggi sejak manggung di bursa pada 7 Juli 2023. Itu turut membuat sang komisaris utama Agoes Projosasmito semakin tajir.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga 6 Oktober 2023, saham AMMN berada di harga Rp6.275/saham, terbang 270 persen sejak melantai (listing).
Sekarang, AMMN berada di peringkat kelima emiten dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di bursa, yakni mencapai Rp451,27 triliun. Di atas AMMN, ada bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang memiliki market cap Rp562,33 triliun.
Agoes Projosasmito, eks bankir yang dekat dengan banyak pengusaha, termasuk Anthoni Salim yang juga menggenggam AMMN, tercatat menjadi pengendali perusahaan melalui kendaraan investasi PT AP Investment.
Mengutip prospektus penawaran saham perdana (IPO), PT AP Investment dimiliki oleh Agoes Projosasmito yang terdiri dari 750 lembar saham biasa. Selain Agoes, ada nama Aditya Sasmito yang memiliki 250 lembar saham biasa dan Adrian Wicaksono sebanyak 250 lembar saham biasa AP Investment.
Per 30 September 2023, AP Investment memiliki 15,58% saham AMMN. Dengan kepemilikan 60% saham di AP Investment, Agoes Projo berarti memiliki secara tidak langsung sebanyak 9,3% saham AMMN.
Apabila dibandingkan dengan valuasi saham saat AMMN debut di bursa, kekayaan Agoes Projo sudah bertambah sebesar Rp30,79 triliun menjadi Rp42,18 triliun.
Tentu saja, ini hanya hitung-hitungan sederhana demi untuk mengilustrasikan kepada pembaca soal potensi cuan di atas kertas Agoes Projo di saham AMMN.
Sekilas Tentang Agoes Projo
Nama Agoes Projosasmito sendiri sudah malang melintang di dunia pertambangan. Ia baru-baru ini diputuskan menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) milik Grup Bakrie, berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 30 Juni 2023 lalu. Ia juga sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama sebagai emiten pertambangan emas milik Grup Bakrie, Bumi Resources Minerals (BRMS).
Agoes diketahui dekat dengan Salim, dan merupakan sosok sentral di balik masuknya Salim di Grup BUMI. Kabar ini tidak serta merta, tetapi berasal dari penunjukkan nama Agoes sebagai Direktur Utama BRMS di tengah tahap akuisisi saham perusahaan oleh Grup salim. Ia hadir menggantikan Suseno Kramadibrata yang saat itu menjabat sebagai Wakil Direktur Utama perseroan.
![]() |
Sebelum menjadi pucuk pimpinan di emiten tambang, Agoes memulai kariernya di industri keuangan. Sebagai investment bankir, salah satu milestone penting dalam karier Alumni Australian National University adalah menjadi Presiden Direktur Danareksa Sekuritas.
Selain itu beberapa posisi penting di industri keuangan yang pernah dijabar Agoes termasuk Komisaris Utama di PT NC Securities, Wakil Presiden Direktur di PT DBS Securities Indonesia, Direktur di PT Merincorp Securities Indonesia, Head of Capital Market di PT Merchant Investment Corp, serta Head of Capital Market di PT Danareksa (Persero).
Jejaknya di industri keuangan terlihat dari transaksi-transaksi penting di Indonesia, dari mulai pendirian Star Energy dengan akuisisi operasi lepas pantai Conoco Phillips di Natuna pada 2002 hingga akuisisi situs geotermal Wayang Windu dari Credit Suisse dan Deutsche Bank pada 2004.
Setelah menghabiskan tiga dekade karier cemerlang di industri keuangan, Agoes mulai memfokuskan diri terjun di industri padat modal lain, yakni pertambangan.
Masuknya Agoes ke industri pertambangan ikut menjalin kedekatan dengan bos Grup Salim. Agoes disebut menjalankan beberapa proyek bisnis dengan Anthoni Salim di bawah bendera Ithaca Resources yang bergerak di bidang pertambangan batu bara.
Meski telah lama berbisnis tambang, langkah terbesarnya yang benar-benar terlihat oleh publik adalah lewat akuisisi tambang tembaga-emas di Nusa Tenggara Barat dari perusahaan Amerika Serikat.
Agoes merupakan salah sosok kunci akuisisi Newmont Nusa Tenggara (NNT) dari Newmont Mining Corp. Dan Sumitomo Corporation oleh Medco Energy (MEDC) tahun 2016 silam. Total transaksi pengambilalihan perusahaan yang berganti nama menjadi Amman Minerals tersebut mencapai US$ 2,6 miliar atau setara Rp 34,32 triliun (asumsi kurs Rp 13.200/AS kala itu).
Sebelum mencapai kesepakatan final, Agoes dikabarkan merupakan yang paling awal mencari dana dan investor strategis untuk akuisisi Newmont lewat konsorsium lokal. Konsorsium itu disebut berisikan beberapa pengusaha terkenal termasuk keluarga Kiki Barki yang merupakan pengendali emiten tambang batu bara Harum Energy (HRUM) dan pendiri Medco, Arifin Panigoro. Meski akhirnya kesepakatan diperoleh dengan nama terakhir.
Medco Energi Group dan AP Investment milik Agoes akhirnya diketahui bekerja sama mengakuisisi saham di Amman Mineral dengan dukungan dari tiga bank BUMN, yaitu Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI).
Dalam kepekatan akuisisi tersebut, emiten tambang emas milik Grup Bakrie, BRMS, akhirnya ikut menjual kepemilikan sahamnya di NNT lewat PT Multi Daerah Bersaing (MBD) kepada Medco senilai US$ 400 juta.
Seperti mengulang sejarah, kini Grup Bakrie dikabarkan kembali melepas kepemilikannya kepada pihak lainnya yang ikut dimotori Agoes Projosasmito. Jika sebelumnya bersama Medco, kali ini ia menyelinap ke perusahaan Grup Bakrie bersama Anthoni Salim.
Grup Salim diduga masuk ke BRMS melalui Emirates Tarian Global Ventures yang hingga 6 Juni tercatat menggenggam 25,10% saham BRMS, menurut data KSEI.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Emirates Tarian aktif membeli saham BRMS sejak Desember 2021, dan kemudian, secara perlahan menambah kepemilikannya di emiten tambang emas tersebut. BUMI yang masih merupakan pengendali BRMS saat ini tercatat hanya menguasai 4,88%.
PT Ficomindo Buana Registrar mencatat Emirates Tarian Global Ventures merupakan perusahaan yang beralamat di Cricket Square, Hutchins Drive PO BOX 2681 Grand Cayman Ky1-1.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amman Mineral Patok Harga IPO Rp1.695, Segini Target Dananya