Bursa Asia Mulai Bangkit, Pasar Sudah Optimis Lagi?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
05 October 2023 08:37
A man uses a mobile phone next to an electronic board showing Japan's Nikkei average outside a brokerage in Tokyo, Japan, October 12, 2018.   REUTERS/Toru Hanai
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Toru Hanai)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik akhirnya berhasil dibuka menguat pada perdagangan Kamis (5/10/2023), setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) melandai dari level tertingginya sejak 2007.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melesat 0,8%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,31%, Straits Times Singapura dan KOSPI Korea Selatan bertambah 0,51%, serta ASX 200 Australia terapresiasi 0,21%.

Sementara untuk pasar saham China pada pekan ini libur dalam rangka Golden Week.

Dari Korea Selatan, inflasi pada periode September 2023 kembali meningkat dan melampaui ekspektasi pasar sebelumnya.

Inflasi konsumen (consumer price index/CPI) Korea Selatan mencapai 3,7% (year-on-year/yoy) pada bulan lalu, dari sebelumnya sebesar 3,4% pada Agustus lalu. Angka ini juga lebih tinggi dari perkiraan ekonom. Para ekonom dalam survei Reuters memperkirakan inflasi Korea Selatan tidak akan berubah di September.

Menteri Keuangan Korea Selatan, Choo Kyung-ho mengatakan bahwa inflasi kemungkinan akan kembali stabil mulai Oktober tahun ini dengan berkurangnya faktor musiman.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Ginseng pada bulan lalu naik 0,6%, dibandingkan dengan lonjakan 1,0% pada bulan sebelumnya.

Sementara untuk CPI inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang berfluktuasi, naik 3,3% (yoy) pada September, tidak berubah atau sama seperti pada Agustus lalu.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat kembali terjadi mengikuti pergerakanbursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang juga berhasil rebound pada perdagangan kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmenguat 0,39%, S&P 500 melesat 0,81%, dan Nasdaq Composite melejit 1,35%.

Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) yang melandai kemarin membuat kekhawatiran pasar mulai mereda dan kembali menggairahkan pasar saham di AS maupun di Asia-Pasifik.

Turunnya yield Treasury dari level tertingginya sejak 2007 disebabkan karena lemahnya data tenaga kerja baru AS yang dirilis kemarin.

Yield Treasury bertenor 10 tahun turun 0,08 poin persentase pada perdagangan sore di New York menjadi 4,73%, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam 16 tahun di 4,88%.

Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP mendapat dukungan dari investor yang khawatir terhadap kenaikan suku bunga dan kemungkinan bahwa bank sentral AS Federal Reserve/The Fed) perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Data lain yang dirilis kemarin menunjukkan pesanan baru untuk barang-barang buatan AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada Agustus, meskipun laporan pekerjaan September menjadi berita ekonomi utama pekan ini.

Sebelumnya dalam beberapa hari terakhir, harga Treasury jatuh dan yield-nyamelonjak karena pemerintah AS meningkatkan penjualan obligasi untuk membiayai pembengkakan defisit. Selain AS, aksi jual obligasi pemerintah juga mengguncang pasar Eropa hingga Asia.

Yield obligasi pemerintah Negeri Paman Sam melesat karena investor memilih untuk mencari investasi aman seperti dolar AS. Indeks dolar pun terbang ke 107 atau tertinggi dalam 10 bulan terakhir.

Di lain sisi, investor yang mencari data non-ekonomi sebagai fokusnya tertarik agar laporan pendapatan kuartal ketiga dimulai pada pertengahan bulan. Pendapatan perusahaan S&P 500 diperkirakan meningkat 1,6% (yoy) untuk kuartal ini, menurut data LSEG.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular