
IHSG Ambruk 1%, Saham Ini Paling Banyak Diburu Investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau ambles lebih dari 1% pada perdagangan sesi I Rabu (4/10/2023), di tengah memburuknya sentimen pasar dari global pada hari ini terutama terkait dengan melonjaknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).
Pada dua jam perdagangan pertama IHSG mencatat transaksi sebanyak 719.031 kali dengan nilai transaksi Rp 5,58 triliun dan saham yang diperdagangkan sebanyak 12,22 miliar lembar.
Adapun 87 saham naik, 445 turun, dan 174 tidak bergerak.
Hingga pukul 10.59 WIB, saham perbankan terpantau paling banyak diburu investor. Posisi pertama saham paling banyak ditransaksikan diisi oleh PT Bank Centra Asia Tbk. atau BBCA yang tercatat melemah 0,54% ke level Rp 9.150.
Kemudian PT Nusantara Infrastructure Tbk. juga menjadi saham kedua yang paling aktif diperdagangkan. Saham emiten bersandi META ini hingga pukul 10.59 WIB naik 2,86% ke level Rp 288.
Pada urutan ketiga ada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.. Emiten bersandi BBRI ini tercatat turun 0,47% ke level Rp 5.250.
Selain BBCA, META, dan BBRI, saham lain yang terpantau paling akitf diperdagangkan saat IHSG anjlok lebih dari 1% adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), PT Astra Internasional Tbk. (ASII), hingga PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO).
Adapun beberapa sektor menjadi pemberat IHSG pada hari ini, seperti sektor industri yang mencapai 2,25%, sektor bahan baku sebesar 2,2%, sektor energi sebesar 1,42%, sektor properti sebesar 1,1%, dan sektor konsumer non-primer sebesar 1,03%.
Sementara itu,IHSG ditarikkebawah seiring dengan sentimen yang datang dari Amerika Serikat (AS), di mana kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali menjadi kekhawatiran pasar dan membuat pasar saham global kembali terpuruk.
Yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik 19 basis poin (bp) ke posisi 4,821%, nyaris menyentuh 5% dan menjadi yang tertinggi sejak 2007 silam.
Masih melonjaknya yield Treasury terjadi karena prospek era suku bunga tinggi sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat, membuat pasar semakin khawatir.
Inventor kini memprediksi suku bunga dapat lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Biaya pinjaman yang lebih tinggi berdampak negatif bagi dunia usaha dan konsumen.
Menurut Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan tidak ada urgensi bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga kebijakannya lagi, namun kemungkinan akan memakan waktu yang lama sebelum penurunan suku bunga dianggap tepat.
Sedangkan menurut Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester mengatakan dia terbuka untuk menaikkan suku bunga lagi, kemungkinan pada pertemuan bank berikutnya.
Sementara itu, ekspektasi pasar mengenai kebijakan ketat The Fed semakin kencang. Perangkat FedWatch Tool menunjukkan sekitar 30,9% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bp pada November mendatang. Angka ini lebih besar dibandingkan pekan lalu yang hanya 14%.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Sektor Ini Bakal Cuan di Era Bunga Tinggi & Tahun Politik