Pasar Tenaga AS Masih Kuat, Kuatkah Rupiah Hari Ini!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Rabu, 04/10/2023 08:42 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta. CNBC Indonesia - Sejalan dengan tekanaan global yang meningkat, nilai tukar rupiah masih tersungkur dalam melawan dolar AS, bahkan sempat menguji level psikologis Rp 15.600/US$

Melansir dari Refinitiv pada perdagangan Selasa (3/10/2023), rupiah sempat menembus level psikologis Rp15.600/US$1 dan ditutup di angka Rp15.575/US$ atau melemah 0,32% terhadap dolar AS. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 6 Januari 2023 atau sekitar sembilan bulan terakhir.

Pelemahan rupiah disinyalir terjadi akibat ketidakpastian eksternal yang kembali mencuat akibat potensi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang masih hawkish karena inflasi yang dinilai akan sulit turun karena pasar tenaga masih cukup kuat dan ekonomi yang kencang. 


Kemarin, AS juga melaporkan jumlah lowongan pekerjaan atau Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) mencapai 9,6 juta pada Agustus 2023, Jumlah tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yakni 8,8 juta ataupun pada Juli yang tercatat 8,9 juta. Kondisi ini mencerminkan jika pasar tenaga kerja AS masih panas.

Masih kuatnya PMI, aktivitas jasa, serta pasar tenaga kerja AS akan semakin membuka ruang bagi The Fed untuk mempertahankan kebijakan suku bunga ketat sehingga pasar keuangan RI akan tertekan.

Tak hanya itu, Investor terus mencermati imbal hasil treasury, yang mencapai level tertinggi 16 tahun pada hari Selasa. Inventor kini memprediksi suku bunga dapat lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Biaya pinjaman yang lebih tinggi berdampak negatif bagi dunia usaha dan konsumen. Tingginya yield obligasi acuan AS biasanya akan memicu aliran dana asing keluar dari emerging, termasuk Indonesia, karena dinilai lebih menarik untuk save haven. 

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan tidak ada urgensi bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga kebijakannya lagi, namun kemungkinan akan memakan waktu yang lama sebelum penurunan suku bunga dianggap tepat. Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan dia terbuka untuk menaikkan suku bunga lagi, kemungkinan pada pertemuan bank berikutnya.

Ekspektasi pasar mengenai kebijakan ketat The Fed semakin kencang. Perangkat FedWatch Tool menunjukkan sekitar 30,9% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini lebih besar dibandingkan pekan lalu yang hanya 14%.

Teknikal Rupiah 

Dalam basis waktu per jam, rupiah terlihat mulai ada pembalikan arah mendekati support terdekat di Rp15.560/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20). Namun secara tren rupiah masih dalam pelemahannya sehingga tetap perlu dicermati apabila masih ada potensi melemah ke resistance terdekat di Rp15.600/US$, posisi ini merupakan level psikologis yang sempat diuji kemarin, Selasa (3/10/2023). 

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbal dari keputusan tersebut.


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS