
El Nino Ancam Pasokan, tapi Harga CPO Masih Saja Lesu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau turun di sesi awal perdagangan Rabu (4/10/2023) mematahkan penguatan sejak perdagangan kemarin.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau mengalami koreksi 0,43% di posisi MYR 3.692 per ton pada pukul 08:00 WIB. Dengan demikian harga CPO sudah jatuh ke level 3.600.
Pada perdagangan awal pekan Selasa (3/10/2023) harga CPO ditutup naik 0,11% ke posisi MYR 3.708 per ton. Dengan ini dalam dua hari perdagangan harganya masih jatuh 1,57%, sementara tahunan mengalami koreksi tajam hingga 11,16%.
Melemahnya harga CPO terjadi ketika harga minyak kedelai di Chicago melonjak. Namun tampaknya sentimen ini hanya mampu membuat harga CPO tidak jatuh terlalu dalam. Bursa Komoditas Dalian tutup mulai 29 September hingga 6 Oktober untuk Festival Pertengahan Musim Gugur dan Hari Nasional. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOc2 naik 0,47%.
Sedangkan pembeli di negara tujuan utama China telah menunda pembelian karena hari libur. Ini memicu pergerakan harga. Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
"Minyak sawit lebih tinggi seiring dengan naiknya harga minyak kedelai di Chicago. Namun kita mungkin tidak melihat adanya pergerakan harga yang besar dan besar karena lemahnya permintaan," kata seorang pedagang yang berbasis di New Delhi yang dikutip dari Reuters.
Sementara itu, ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk bulan September terlihat meningkat antara 5,4% dan 8,1%, menurut data dari perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia dan surveyor kargo Intertek Testing Services.
Dari dalam negeri, Indonesia menaikkan harga referensi minyak sawit mentah menjadi US$827,37 per metrik ton pada 1-15 Oktober, sehingga pajak ekspor dan retribusi minyak sawit mentah tidak berubah pada $33 dan US$85 per metrik ton.
Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia memperkirakan adanya peningkatan produksi minyak sawit sebesar 5% pada tahun ini dan stoknya diperkirakan mencapai 3,2 juta metrik ton pada akhir tahun ini.
Sementara, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martonomengatakan, fenomena iklim El Nino yang menyebabkan musim kemarau tahun ini jadi panas ekstrem dan berkepanjangan, turut mengganggu produksi minyak sawit RI.
"Terkait El Nino, dampaknya ke produksi tahun ini memicu terjadinya keterlambatan panen. Karena buah terlambat matang karena nggak ada hujan," kata Eddy saat jumpa pers virtual terkait pelaksanaan IPOC 2023, Selasa (3/10/2023).
"Tahun depan kemungkinan terjadi penurunan produksi. Tapi, dengan catatan kalau maintenance atau pemeliharaan sebelum kemarau itu nggak bagus. Kalau tahun ini hanya terjadi keterlambatan panen, tapi tidak sampai seperti tahun 2015-2019," jelasnya.
Terkait harga, Eddy mengatakan, hingga akhir tahun harga CPO masih akan bergerak di rentang US$900-910 per ton, namun ada potensi ke US$1.000 per ton.
"Kalau soal fluktuasi, harga komoditas memang akan selalu ada ayunan. Karena minyak sawit ini adalah salah satu minyak nabati dunia, meski pangsa pasarnya adalah terbesar, yaitu 33%," kata Eddy.
Dalam kesempatan yang sama, Sekjen GapkiM Hadi Sugeng menambahkan, produksi minyak sawit tahun ini masih akan naik dibandingkan tahun 2022. Namun, pertumbuhan itu tak akan sampai 10%.
Untuk produksi tahun 2024, kondisinya hampir sama dengan tahun ini. Di mana yang terjadi adalah penundaan panen.Namun jika cuaca ekstrem dan tidak dilakukan best agriculture practices-nya, maka akan berdampak sampai 6 bulan hingga 2 tahun mendatang. Diantaranya dengan mengoptimalkan pupuk organik dan lebih selektif dalam perawatan kebun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Capek Naik Empat Hari Beruntun, Harga CPO Mulai Loyo
