
Rupiah Terpuruk, Saham Perbankan Kompak Tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham perbankan Indonesia kelompok KBMI 3-4 terpantau berjatuhan pada perdagangan sesi II Selasa (26/9/2023), di tengah amblesnya rupiah pada hari ini.
Per pukul 15:52 WIB atau delapan menit jelang penutupan, hampir ke-13 saham perbankan KBMI 3-4 terkoreksi, dengan empat saham terkoreksi lebih dari 1%, sedangkan sembilan saham terkoreksi kurang dari 1%, dan satu saham cenderung stagnan.
Berikut pergerakan saham bank KBMI 3-4 pada perdagangan sesi II hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Pan Indonesia | PNBN | 1.195 | -2,45% |
Bank Mega | MEGA | 5.175 | -2,36% |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 5.200 | -1,89% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | 5.900 | -1,67% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 1.605 | -0,93% |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | 9.975 | -0,75% |
Bank Maybank Indonesia | BNII | 266 | -0,75% |
Bank CIMB Niaga | BNGA | 1.690 | -0,59% |
Bank Permata | BNLI | 945 | -0,53% |
Bank OCBC NISP | NISP | 1.080 | -0,46% |
Bank Danamon Indonesia | BDMN | 2.870 | -0,35% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.975 | -0,28% |
Bank Tabungan Negara (Persero) | BBTN | 1.230 | 0,00% |
Saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) atau Bank Panin menjadi yang paling parah koreksinya pada sesi II hari ini, yakni ambles 2,45% ke posisi Rp 1.195/unit.
Saham perbankan ambles terjadi di tengah memburuknya rupiah pada hari ini. Rupiah melemah drastis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dipengaruhi faktor eksternal dan internal.
Merujuk dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp 15.485/US$ atau melemah 0,58% terhadap dolar AS dan bahkan di tengah perdagangan rupiah sempat menyentuh level psikologis Rp 15.500/US$. Posisi ini merupakan yang terparah sejak 10 Januari 2023 atau sekitar delapan bulan terakhir.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada hari ini pun mengalami penguatan menjadi 106,09 atau naik 0,08% jika dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yang berada di posisi 105,99.
Hal ini terjadi mengingat sikap hawkish atau pengetatan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada tahun.
Berdasarkan perangkat FedWatch, survei menunjukkan 23,7 % The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp) pada FOMC November. Sementara pada FOMC Desember, persentasenya mengalami peningkatan menjadi 34,3% untuk The Fed mengalami peningkatan menjadi 5,50-5,75%.
Hal ini The Fed lakukan untuk memenuhi target inflasi AS yakni 2%. Untuk diketahui, AS mencatatkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.
Selain itu, China sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan merupakan tujuan ekspor utama Indonesia ini juga mengalami perlambatan.
Ekonomi China hingga kuartal II-2023 masih berhasil tumbuh positif, namun berada di bawah ekspektasi pasar. Ke depan negeri tirai bambu tersebut akan alami banyak tekanan sehingga alami pelemahan signifikan. Hingga akhir tahun beberapa ekonomi memperkirakan ekonomi China tumbuh hanya 4%.
Tekanan dalam jangka panjang, berkaitan dengan persoalan struktural di China. Pertama adalah krisis sektor properti yang dipicu oleh Evergrande. Hal ini berpengaruh besar bagi industri properti dan keuangan.
Lebih lanjut, Foreign Direct Investment (FDI) juga turun sangat dalam terutama pertengahan tahun lalu dan semester-I tahun ini, jadi ini menggambarkan China akan mengalami tekanan sangat berat.
Sementara dari domestik, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melesat ke 6,81% pada perdagangan hari ini. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 31 Maret 2023 atau lebih dari lima bulan terakhir.
Imbal hasil yang naik menandai harga SBN sedang jatuh karena diobral investor. Alhasil kondisi rupiah semakin terpuruk dan tertekan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Menilik Prospek Saham Bank Jumbo Usai Tembus All Time High