Breaking! Rupiah Makin Jeblok, Dolar Tembus Rp15.500

rev, CNBC Indonesia
26 September 2023 14:36
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah gempuran sentimen negatif dari AS dan China.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah menyentuh level Rp15.500/US% atau melemah 0,68% terhadap dolar AS pada pukul 14.20 WIB. Posisi ini merupakan yang terparah sejak 10 Januari 2023 atau sekitar delapan bulan terakhir.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Selasa (26/9/2023) pun mengalami penguatan menjadi 106,18 atau naik 0,18% jika dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.

Dari Amerika Serikat, tercatat bahwa inflasi AS masih relatif memanas dan mengalami kenaikan. Data inflasi yang semakin menjauhi target bank sentral AS (The Fed) yakni 2% membuat The Fed bersikap hawkish setidaknya hingga akhir tahun 2023.

Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga mengindikasikan jika kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlanjut hingga 2024 dan akan memangkas suku bunga lebih sedikit dari indikasi sebelumnya.

Berdasarkan perangkat FedWatch, survei menunjukkan 23,7 % The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada FOMC November. Sementara pada FOMC Desember, persentasenya mengalami peningkatan menjadi 34,3% untuk The Fed mengalami peningkatan menjadi 5,50-5,75%.

Sementara itu, situasi Negara China sedang dalam tidak baik-baik saja. Oleh karena itu pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus menyiapkan antisipasi agar Indonesia tidak terkena dampak yang terlalu parah mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia. Ketika ekonominya alami pelemahan, maka permintaan akan barang dari Indonesia akan turun sehingga berpengaruh terhadap produksi manufaktur di dalam negeri.

"China memang partner dagang utama kita, 20% ekspor kita ke China," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Abdurohman dalam diskusi Kupas Asumsi Makro APBN 2024 di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Senin (25/9/2023).

Ekonomi China hingga kuartal II-2023 masih berhasil tumbuh positif, namun berada di bawah ekspektasi pasar. Ke depan negeri tirai bambu tersebut akan alami banyak tekanan sehingga alami pelemahan signifikan. Hingga akhir tahun beberapa ekonomi memperkirakan ekonomi China tumbuh hanya 4%.

Tekanan dalam jangka panjang, berkaitan dengan persoalan struktural di China. Pertama adalah krisis sektor properti yang dipicu oleh Evergrande. Hal ini berpengaruh besar bagi industri properti dan keuangan.

Selanjutnya konflik dengan Amerika Serikat (AS). Pemerintah Amerika Serikat akan menerbitkan aturan khusus yang ditujukan untuk menghambat pemberian subsidi bagi manufaktur semikonduktor China dan negara-negara lain yang dianggap menimbulkan masalah keamanan nasional Amerika.

Lebih lanjut, Foreign Direct Investment (FDI) juga turun sangat dalam terutama pertengahan tahun lalu dan semester-I tahun ini, jadi ini menggambarkan China akan mengalami tekanan sangat berat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular