Bursa Asia Kompak Dibuka Merana Lagi, Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali dibuka melemah pada perdagangan Jumat (22/9/2023), jelang pengumuman keputusan suku bunga bank sentral Jepang.
Per pukul 08:30 WIB, hanya indeks Shanghai Composite China yang naik tipis pada pagi hari ini yakni naik tipis 0,04%.
Sedangkan sisanya kembali melemah. Indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,88%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,31%, Straits Times Singapura melandai 0,39%, ASX 200 Australia ambles 1,09%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,7%.
Dari Jepang, bank sentral (Bank of Japan/BoJ) akan merilis kebijakan suku bunga acuan terbarunya. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan BoJ akan kembali menahan suku bunga ultra longgarnya di level -0,1%.
Adapun suku bunga ultra longgar BoJ sudah ditahan sejak 2016 silam. BoJ juga belum akan merubah sikapnya menjadi hawkish dalam waktu dekat.
Namun, beberapa ekonom memprediksi bahwa BoJ akan mengakhiri kebijakan ultra longgarnya pada tahun depan.
Meskipun tidak ada ekonom yang disurvei melihat kemungkinan BoJ merubah sikap longgarnya pada pertemuan pekan ini, tetapi hampir 80% dari mereka mengatakan BoJ akan menghapus skema pengendalian imbal hasil (yield curve control/YCC) 10 tahun pada akhir tahun 2024.
Gubernur BoJ, Kazuo Ueda mengatakan dalam sebuah wawancara dengan sebuah surat kabar awal bulan ini bahwa BoJ mungkin akan mendapatkan data yang cukup pada akhir tahun untuk menilai apakah mereka dapat mengakhiri suku bunga negatif, sehingga mendorong para trader untuk membeli yen untuk melakukan lindung nilai terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih awal dari perkiraan.
Tiga belas dari 25 ekonom atau 52% yang disurvei oleh Reuters pada 8-19 September, memperkirakan BoJ akan mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya sekitar tahun 2024. Angka tersebut naik dari 41% dalam survei yang sama pada Agustus lalu.
Selain kebijakan suku bunga acuan terbaru BoJ, Jepang juga akan merilis beberapa data ekonomi, seperti data inflasi dan data flash reading PMI manufaktur dan Jasa.
Adapun inflasi Jepang pada Agustus 2023 diperkirakan tidak banyak berubah dari periode sebelumnya yakni Juli 2023 yang sebesar 3,3%, berdasarkan konsensus Trading Economics.
Sedangkan inflasi inti Jepang pada bulan lalu diperkirakan turun menjadi 3%, dari sebelumnya sebesar 3,1% pada Juli lalu.
Selain inflasi, data flash reading PMI manufaktur dan jasa Jepang versi Jibun Bank periode September 2023 juga akan dirilis pada hari ini.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah melandainya lagi bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupambles 1,08%, S&P 500ambrol 1,64%, dan Nasdaq Composite ambruk 1,82%.
Kekhawatiran meningkat menyusul berita bahwa para pemimpin Partai Republik di DPR AS memasukkan majelis ke dalam masa reses kemarin, memperkuat kekhawatiran bahwa anggota parlemen federal tidak akan meloloskan rancangan undang-undang (RUU) untuk mencegah penutupan pemerintah.
Pelaku pasar khawatir bahwa penutupan ekonomi AS akan merugikan perekonomian Negeri Paman Sam pada kuartal keempat tahun ini.
Namun yang utama, investor masih kecewa dengan sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama, meski kali ini The Fed menahan suku bunga acuannya sesuai dengan perkiraan pasar.
Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,25%-5,5%.
Namun, The Fed mengindikasikan akan tetap mempertahankan sikaphawkish-nya hingga akhir tahun ini.
Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga mengindikasikan jika kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlanjut hingga 2024 dan akan memangkas suku bunga lebih sedikit dari indikasi sebelumnya.
Dokumen dot plot The Fed menunjukkan suku bunga akan ada di kisaran 5,5-5,75% pada tahun ini. Artinya, ada indikasi jika The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bp lagi hingga akhir tahun.
Hal ini tentunya sesuai dengan pernyataan The Fed sebelumnya, di mana ruang bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya lagi di tahun ini hanya tersisa sekali saja.
"Indikator terkini menunjukkan jika aktivitas ekonomi masih solid. Penambahan tenaga kerja melandai dalam beberapa bulan terakhir tetapi tetap kuat. Tingkat pengangguran tetap rendah tetapi inflasi masih naik," tutur The Fed dalam keterangan resminya, dikutip dari situs resmi The Fed.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)