Hacker Korea Utara Curi Aset Kripto Rp 5 Triliun
Jakarta, CNBC Indonesia- Laporan perusahaan keamaanan blockchain Chainalysis menyebut adanya pencurian aset kripto senilai US$340,4 juta oleh hacker Korea Utara sepanjang tahun ini.
Bila dirupiahkan pencurian tersebut bernilai Rp 5,23 triliun (US$1=Rp 15.350) dari awal tahun hingga 13 September 2023.
Secara keseluruhan, data Chainalysis menunjukkan total pencurian melalui cryptocurrency mencapai US$ 3,54 miliar atau sekitar Rp 54,34 triliun.
Hacker Korea Selatan menjadi salah satu pencuri yang terbesar di dunia kripto. Aksi hacker yang mencuri dana sekitar US$ 340,4 juta sebenarnya turun 80% dibandingkan US$ 1,65% yang terekam pada 2022.
Kendati demikian, aksi hacker menunjukkan jika risiko tetap ada.
"Fakta bahwa jumlah nilai yang dicuri turun menunjukkan adanya perbaikan pada keamanan," tutur Chainalysis dikutip dari cointelegraph.com.
Wakil Presiden Chainalysis, Erin Plante, mengatakan perusahaan kripto sebaiknya fokus kepada pelatihan pekerja untuk menghindari berbagai macam trick hacker
"Dengan bukti besarnya aksi hacking yang berhubungan dengan hacker Korea Utara maka dibuthkan pelatihan tim trik-trick hacker. Hacker Korea Utara menggunakan taktik rekayasa sosial yang rumit sehingga bisa mengambil keuntungan," tutur Plante, dikutip dari Coin telegraph.
Sejumlah perusahaan kripto sudah melaporkan aksi pencurian dari hacker Korea Utara. Salah satunya adalah CoinEx sebesar US$ 54 juta.
Sementara itu, pasar kripto bergerak beragam dengan mayoritas melemah pada perdagangan Sabtu (15/9/2023).
Melansir data dariCoin Market Cap pada pukul 13:20 WIB, Bitcoin melemah 0,17% dalam sehari ke level harga US$ 26.548,32/koin atau setara dengan Rp 407,52juta/koin. Asumsi kurs yang digunakan adalah posisi rupiah pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di mana US$1 Rp 15.350/US$).
Sebaliknya, Ethereum harganya meningkat 0,51% ke level US$ 1.7638,96/koin atau Rp 25,16 juta/koin.
(mae/mae)