Wall Street Dibuka Ambles, Gak Jadi Happy Weekend?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Jumat, 15/09/2023 20:47 WIB
Foto: (AP/J. David Ake)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah menguat dalam beberapa hari, bursa AS Wall Street pada akhir pekan ini, Jumat (15/9/2023) dibuka ke zona merah.

Pada awal perdagangan, indeks Dow Jones (DJI) dibuka turun 0,16% ke posisi 34.851,94, kemudian indeks S&P 500 (SPX) ambles 0,37% menuju 4487,06, serta indeks NASDAQ (IXI) nmenyusut 0.36% menjadi 13.872,84.

Koreksi pada pembukaan mayoritas bursa AS disinyalir karena pelaku pasar yang mulai melakukan take profit, pasalnya dalam pergerakan satu hari kemarin DJI mencetak rekor melesat paling tinggi sejak awal September, indeks Nasdaq kemarin juga kedatangan pemain baru yaitu Arm, pembuat cip ponsel pintar asal Inggris yang kemarin melesat hingga 25%.


Tak heran jika pelaku pasar ingin mengamankan keuntungan terlebih dahulu dalam jangka pendek. Selain itu, semakin mendekati pertemuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) pada pekan depan atau tepatnya 19 - 20 September 2023, pelaku pasar juga akan cenderung bersikap konservatif dengan mengalokasikan lebih banyak kas sementara.

Kendati demikian, ada potensi kebijakan the Fed mulai melonggar pada bulan ini. Hal ini karena pelaku pasar mulai melihat ada sejumlah alasan yang dinilai cukup kuat untuk mempertahankan suku bunga.

Foto: (AP/Richard Drew)
Ilustrasi Wall Street. (AP/Richard Drew)

Pertama dari nilai inflasi inti (Core CPI) periode Agustus 2023 yang sudah melandai sesuai ekspektasi di 4,3% yoy dari sebelumnya 4,7% yoy. Selain itu, data Core PPI pada periode yang sama juga turun sesuai ekspektasi ke 2,2% yoy dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,4%.

Inflasi inti dinilai lebih murni dibandingkan inflasi pada umum-nya, oleh karena itu ini menjadi hal paling fundamental bagi kebijakan the Fed nantinya yang dinilai mulai melunak.

Terutama pada Core CPI yang berada di 4,3% yoy sudah di bawah suku bunga acuan the Fed di sekitar 5,25% - 5,50%. Pasar mulai menilai suku bunga saat ini sudah cukup memadai untuk mempertahankan inflasi inti melandai.

Tak hanya itu, persoalan resesi AS yang sempat santer terdengar pada tahun lalu sudah mulai dilupakan pasar. Melansir poling Reuters juga menunjukkan peluang terjadi resesi AS pada tahun ini sempat diukur pada Oktober 2023 mencapai 70%, tetapi sekarang nilainya sudah semakin melandai, terakhir pada Agustus 2023 peluang AS bisa resesi di kisaran 40%.

Pasar memperkirakan resesi yang potensi terjadi di AS akan lebih ringan dari yang diperkirakan sebelumnya.Dengan resesi ringan ditambah inflasi inti yang semakin melandai, suku bunga the Fed potensi semakin optimis ditahan. Hal ini juga didukung dengan perhitungan peluang the Fed menahan suku bunga mencapai 97%, menurut CME Fedwatch Tool.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com 


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi