Persekongkolan Arab Saudi & Rusia Bikin Minyak Kembali Ngegas

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
14 September 2023 09:25
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan menghadiri Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) di Saint Petersburg, Rusia, 16 Juni 2023. (Sputnik/Alexey Nikolsky/Host photo agency via REUTERS)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan menghadiri Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) di Saint Petersburg, Rusia, 16 Juni 2023. (via SPUTNIK/SPUTNIK)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia dibuka menguat pada pembukaan perdagangan Kamis (14/9/2023) setelah terkoreksi pada perdagangan sebelumnya.

Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,33% di posisi US$88,81 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka naik 0,17% ke posisi US$92,04 per barel.

Pada perdagangan Rabu (13/9/2023), minyak WTI ditutup terkoreksi 0,36% ke posisi US$88,52 per barel, begitu juga minyak brent ditutup turun 0,20% ke posisi US$91,88 per barel.

Harga minyak naik tipis pada awal perdagangan Kamis, setelah sedikit turun di sesi sebelumnya, karena pasar kembali fokus pada ekspektasi terbatasnya pasokan minyak mentah untuk sisa tahun 2023.

Perpanjangan pengurangan produksi minyak oleh Arab Saudi dan Rusia hingga akhir tahun 2023 menandakan defisit pasar yang besar hingga kuartal keempat, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada hari Rabu kemarin. Hal ini karena sebagian besar negara tersebut terjebak oleh perkiraan pertumbuhan permintaan tahun ini dan tahun depan.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Selasa tetap berpegang pada perkiraannya mengenai pertumbuhan kuat pada permintaan minyak global pada tahun 2023 dan 2024.

Kedua benchmark minyak naik ke level tertinggi 10 bulan pada hari Rabu sebelum data menunjukkan peningkatan dalam persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS yang mengkhawatirkan pasar terhadap permintaan.

Persediaan minyak mentah AS naik 4 juta barel pada pekan lalu, mengacaukan ekspektasi analis Reuters yang memperkirakan penurunan 1,9 juta barel. Persediaan bahan bakar juga meningkat lebih dari yang diperkirakan karena kilang-kilang meningkatkan aktivitasnya.

Di sisi ekonomi, investor menafsirkan pembacaan terbaru inflasi AS sebagai konfirmasi bahwa The Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga pada minggu depan dan dapat memperpanjang jeda, sehingga meningkatkan harapan akan kuatnya permintaan minyak.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman bagi dunia usaha dan konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Terbang 15% Bulan Juli, Ulah Kartel OPEC+?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular