Inflasi Amerika Serikat Diramal Naik, Pasar Kripto Tercekik

rev, CNBC Indonesia
11 September 2023 12:15
Infografis: Waspada Risiko Perdagangan Aset Kripto
Foto: Infografis/Waspada Risiko Perdagangan Aset Kripto/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto mengalami penurunan dalam 24 jam terakhir yang ditengarai akibat potensi inflasi Amerika Serikat (AS) yang mengalami kenaikan.

Merujuk dari CoinMarketCap pada Senin (11/9/2023) pukul 06.21 WIB, pasar kripto turun berjamaah. Bitcoin turun tipis 0,26% ke US$25.829,78 dan secara mingguan menguat tipis 0,51%.

Ethereum terdepresiasi 1,05% dalam 24 jam terakhir dan dalam tujuh hari melemah 1,10%.

Dogecoin turun 3,1% secara harian dan dalam sepekan melemah 2,71%.

Begitu pula dengan Solana yang anjlok 5,71% dalam 24 jam terakhir serta secara mingguan ambruk 6,09%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 0,56% ke angka 1.094,85. Open interest terapresiasi 1,32% di angka US$22,20 miliar.

Index Fear & Greed yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 35 yang berarti pasar masih bersikap takut/pesimis sehingga koreksi terjadi pada pasar kripto.

Pekan ini AS akan merilis data inflasinya untuk periode Agustus 2023. Melansir data Trading Economic, inflasi umum diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.

Bila inflasi mengalami kenaikan bahkan jika di atas ekspektasi pasar maka pasar keuangan risk asset, salah satunya yakni kripto akan ditinggalkan oleh investor.

Sulit terkendalinya inflasi AS semakin diperparah sebab ISM Services PMI yang mengukur aktivitas bisnis non-manufaktur melonjak ke 54,5 pada Agustus. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan 52,7 pada Juli serta di atas ekspektasi pasar yakni 52,5.

ISM Services Prices juga naik menjadi 58,9 pada Agustus dari 56,8 pada Juli. Artinya, ongkos biaya pada Agustus meningkat cukup signifikan. ISM Services yang menguat menandai ekonomi AS masih kencang sehingga inflasi bisa sulit ditekan ke depan. Kondisi ini membuat pelaku pasar berekspektasi jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan sikap hawkishnya.

Sebagai informasi, target inflasi AS oleh The Fed yakni di sekitar 2%. Jika inflasi AS masih jauh di atas target, maka harapan pelaku pasar melihat pelonggaran suku bunga semakin menjauh.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran Vs Israel Membara, Kemana Dana Investor Kakap Lari?

Next Article Kekhawatiran Gonjang Ganjing 2025 Masih Ada, Pasar Kripto Memerah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular