Kacau! Harga CPO Jatuh Empat Hari Beruntun, Ini Pemicunya

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
07 September 2023 08:50
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau terkoreksi di sesi awal perdagangan Kamis (7/9/2023) melanjutkan koreksi tiga hari beruntun sejak awal pekan.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau turun 0,23% ke posisi MYR 3.872 per ton pada pukul 08:00 WIB. Kini harganya sudah ambrol ke level 3.800 setelah sukses bercokol di level 4.000.

Pada perdagangan Rabu (6/9/2023) harga CPO ditutup terkoreksi 0,31% ke posisi MYR 3.881 per ton. Dengan ini, dalam tiga hari perdagangan harganya sudah ambles 3,94%, sementara secara bulanan turun 3,22%, dan jatuh 7,02% secara tahunan.

Terkoreksinya harga CPO dipicu oleh ekspektasi data persediaan yang bearish menurunkan harga sementara minyak saingannya yang lebih lemah membebani.

Berdasarkan menurut survei Reuters pada Selasa (5/9/2023), persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir bulan Agustus kemungkinan melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan sebesar 1,89 juta metrik ton, karena produksi meningkat dan ekspor melambat.

Sementara itu, pasar juga tengah menanti data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) terkait persediaan minyak sawit pada 11 September.

"FCPO Derivatif Bursa Malaysia (Crude Palm Oil Futures) berada di zona merah untuk hari ketiga berturut-turut karena (kemungkinan) data jajak pendapat MPOB yang bearish, yang memperkirakan lonjakan pada saham-saham akhir Agustus, mendorong minat jual di pasar," kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur yang dikutip dari Reuters.

Di sisi lain, pembelian yang lebih tinggi oleh India, yang merupakan importir minyak sawit terbesar di dunia, dapat membantu menurunkan persediaan di negara-negara penghasil minyak sawit terbesar di india dan Malaysia dan mendukung harga CPO.

Impor minyak sawit India diperkirakan melonjak 26% ke rekor tertinggi untuk tahun yang berakhir pada 31 Oktober 2023, karena pemulihan konsumsi dan harga yang kompetitif mendorong penyulingan untuk meningkatkan pembelian, pembeli minyak sawit terbesar di negara tersebut mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu.

Namun, melemahnya harga minyak nabati berkontribusi terhadap rendahnya harga minyak sawit.

Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, naik menjadi 0,21%, namun kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 0,65%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOcv1 juga turun 0,64%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait saat mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Berdasarkan analis teknikal Wang Tao yang dikutip dari Reuters, harga CPO mungkin turun ke kisaran MYR 3.855 hingga MYR 3.876 per metrik ton, karena tren naik dari MYR 3.681 mungkin telah berbalik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Capek Naik Empat Hari Beruntun, Harga CPO Mulai Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular