Tensi Politik Meningkat, Akankah Rupiah Lanjut Menguat?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
04 September 2023 08:47
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) awal pekan ini nampaknya lebih diwarnai sentimen politik kendati tekanan eksternal mulai mendingin

Mata uang Garuda pada akhir pekan lalu yang berakhir hari Jumat (1/9/2023) ditutup melemah 0,07% ke posisi Rp 15.235/US$. Kendati begitu, secara keseluruhan, rupiah masih menguat 0,36% selama sepekan.

Penguatan tersebut mengakhiri kinerja negatif rupiah yang sudah berlangsung selama enam pekan beruntun. Sepanjang pekan lalu, rupiah hanya melemah sekali yakni pada Jumat dan selebihnya melaju kencang.

Perkembangan politik nampaknya masih lanjut jadi perhatian sejak pekan lalu dan potensi mempengaruhi gerak rupiah hari ini. Kondisi perpolitikan dalam negeri memanas setelah secara mengejutkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merapat ke kubu Anies Baswedan.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau dikenal Cak Imin bahkan langsung digandeng sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) buat Anies. Padahal, PKB sebelumnya adalah pendukung koalisi Indonesia Maju dengan kubu calon presiden (capres) Prabowo Subianto. Dalam beberapa survei, Cak Imin juga lebih kerap disandingkan dengan Prabowo.

Merapatnya PKB ke Anies dan Cak Imin membuat peta koalisi berubah.Kubu Prabowo kehilangan dukungan PKB. Prabowo Subianto akan maju sebagai capres dengan dukungan Partai Gerinda, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar, dan Partai Gelora.

Kubu Anies-Baswedan kehilangan dukungan Partai Demokrat yang kecewa karena Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) gagal dipinang sebagai cawapres Anies.

Sejauh ini, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masih mendukung pencalonan Anies meskipun akan keputusan akhir akan devoting melalui rapat Majelis Syura. Anies akan didukung juga oleh Partai Nasional Demokrat.

Kubu Ganjar masih didukung partai Persatuan Pembangunan (PPP), PDI-Perjuangan, Peindo, dan Hanura,

Selain peta koalisi yang berubah, pencalonan Cak Imin-Anies membuat politik panas karena politikus mulai saling sindir. Prabowo menyebut jika akhir-akhir ini ada banyak aroma pengkhianatan. Pendiri Partai Demokrat mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menyindir soal perselingkuhan dan pengkhianatan dengan menyebut ada musang dibalik domba.

Menilai dari data eksternal maupun domestik pada pekan ini tidak ada indikator ekonomi yang kuat atau dinanti-nanti pelaku pasar secara spesifik. Tetapi, ada event besar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang akan menyedot perhatian warga Indonesia.

Kendati demikian, minggu lalu ada hasil yang berbeda dari laporan inflasi Personal Consumer Expenditure (PCE) AS yang mengalami kenaikan menjadi 3,3% (yoy) pada Juli 2023, dari 3% pada Juni.

Kenaikan PCE ini tentu saja membuat pelaku pasar khawatir. Dengan PCE yang naik maka ada kemungkinan laju inflasi AS masih kencang ke depan. Alhasil, masih ada kekhawatiran bahwa The Fed sulit melunak.

Walau begitu, sejumlah data tenaga kerja sudah terlihat mulai mendingin, seperti diketahui, pengangguran AS secara mengejutkan melesat menjadi 3,8% pada Agustus. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yakni 3,5% ataupun pada Juli yang tercatat 3,5%. Kenaikan pengangguran AS ini diharapkan bisa membuat The Fed melunak.

Data payrolls ADP menunjukkan pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus. Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000.

Di lain sisi, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2023 direvisi menjadi 2,1% (yoy) dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.

Sedangkan jumlah lapangan pekerjaan baru JOLTS turun 338.000 menjadi 8,83 juta pada Juli 2023. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 9,47 juta.

Beralih ke dalam negeri, ada faktor positif yang potensi menopang laju rupiah seperti inflasi Indonesia yang tetap terkendali.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Agustus 2023 mencapai 3,27%. Inflasi ini lebih tinggi dibandingkan inflasi Juli 2023 sebesar 3,08%. Namun, secara bulanan (month to month/mtm), Indeks Harga Konsumen (IHK) turun atau deflasi sebesar 0,02% pada Agustus. Nilai inflasi secara keseluruhan masih terkendali sesuai target Bank Indonesia (BI) dalam rentang 2% - 4%.

Teknikal Rupiah 

Secara teknikal dalam basis waktu satu jam, tren rupiah bergerak turun melawan dolar AS mengikuti garis rata-rata selama 100 jam atau moving average 100 (MA100) yang berarti rupiah dalam penguatan.  

Penguatan rupiah apabila berlanjut akan ada potensi ke level support terdekat di Rp15.215/US$ yang diambil dari horizontal line berdasarkan low candle yang sempat diuji 30 Agustus 2023. 

Di sisi lain, potensi pembalikan arah juga perlu diantisipasi dengan mencermati level resistance terdekat di Rp15.260/US$. Nilai ini hampir bertempatan dengan garis rata-rata selama 100 jam (MA100) yang menjadi target pelemahan terdekat. 

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbal dari keputusan tersebut.


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tunggu Rilis Data Inflasi, Kuatkah Rupiah Hari Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular