Rupiah Perkasa, Yuk Bisa Yuk Dolar Ditendang ke Level 15.100

rev, CNBC Indonesia
01 September 2023 09:18
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap wait and see pasar perihal inflasi Indonesia dan lesunya ekonomi AS.

Merujuk dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,07% terhadap dolar AS di angka Rp15.215/US$ pada hari Jumat (1/9/2023). Penguatan rupiah terhadap dolar AS ini memperpanjang tren apresiasi sejak Senin pekan ini. Sedangkan indeks dolar AS (DXY) juga terdepresiasi 0,02% di angka 103,59.

Posisi ini juga menjadi yang terkuat sejak 11 Agustus 2023 atau 15 hari perdagangan terakhir. Penguatan juga mendekatkan ke level Rp 15.100/US$1

Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun atau mengalami deflasi pada Agustus. Namun, IHK masih mencatat inflasi 3,27% secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus 2023.
IHK lebih rendah dibandingkan konsensus pasar.  
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi Agustus 2023 akan menembus 0,05% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).

Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan menembus 3,36% pada bulan I ni. Sebagai catatan, inflasi pada Juli tercatat 0,21% (mtm) dan 3,08% (yoy) sementara inflasi inti mencapai 2,43% (yoy).

inflasi (yoy) mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya, namun hal ini masih sesuai target Bank Indonesia untuk inflasi 2023 yakni dikisaran 2-4%.

Lebih lanjut, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan sejumlah hal yang bisa membuat rupiah menuju level optimistis Rp 14.600 per dolar AS. Pertama adalah potensi Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mampu memperkuat cadangan devisa berkat regulasi dalam PP Nomor 36 Tahun 2023.

"Untuk DHE SDA sekitar US$ 9 miliar per bulan mulai Desember jadi setahun 9x12 bulan itu sekitar US$ 108 miliar, itu kalau sukses semua ya, sehingga itu salah satu faktor yang tentu bisa berikan penguatan terhadap nilai tukar rupiah," ucap Perry.

Kedua, dia melanjutkan rupiah bisa ke level Rp 14.600 per dolar AS bilamana suku bunga Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed), yakni Fed Fund Rate (FFR) tak lagi naik hingga 2024. Saat ini FFR berada pada level 5,25%-5,5% per Juli 2023.

"Kedua, ya tentu saja rupiah akan menguat kalau Fed Fund Rate enggak naik lagi, tapi kita enggak tahu kan, kita tidak bisa presdiksi bisa naik, bisa enggak," ucap Perry.

"Ketiga tentu saja BI akan terus melakukan intervensi jadi ini beberapa syarat yang itu perlu dilakukan," tegasnya.

Namun demikian, bila ketiga syarat tersebut tidak terjadi secara sempurna, maka rupiah akan bergerak di rentang sesuai RAPBN 2024 yaitu sebesar Rp 15.000 per dolar AS.

Sedangkan dari sisi eksternal, ekonomi AS masih lesu meski di beberapa sektor menguat.

Data payrolls ADP menunjukkan pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus. Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2023 menjadi 2,1% (secara tahunan) dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.

Sedangkan jumlah lapangan pekerjaan baru JOLTS turun 338.000 menjadi 8,83 juta pada Juli 2023. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 9,47 juta.
Namun, data berbeda dilaporkan Kamis kemarin. 
AS melaporkan konsumsi pribadi atau personal consumer expenditure (PCE) naik menjadi 3,3% (yoy) pada Juli 2023, dari 3% pada Juni.

Secara bulanan, PCE stagnan di angka 0,2% pada Juli,
Pengeluaran pribadi warga AS di luar dugaan melonjak 0,8% (secara bulanan) pada Juli, rekor tertingginya sejak Januari tahun ini.

Kenaikan PCE ini tentu saja membuat pelaku pasar khawatir. Dengan PCE yang naik maka ada kemungkinan laju inflasi AS masih kencang ke depan. Alhasil, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sulit melunak.

Jumlah warga AS yang mengajukan klaim pengangguran juga turun menjadi 228 ribu pada pekan yang berakhir pada 26 Agustus 2023, dari 232 ribu pada pekan sebelumnya.

Investor pada hari ini juga mencermati data ekonomi AS terkait data tenaga kerja lagi yaitu angka pengangguran dan non-farm payroll untuk Agustus. Pelaku pasar memperkirakan tingkat pengangguran akan naik menjadi 3,8% pada Agustus dari 3,5% pada Juli. AS juga akan mengumumkan data non-farm payroll untuk Agustus.

Ketidakpastian jadi meningkat lagi di tengah penantian dua data tersebut karena ini menjadi pertimbangan utama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga pada September ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular