Awas! Asing Bisa Ramai-ramai Tinggalkan RI, Rupiah Terancam

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
Kamis, 24/08/2023 14:13 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo  saat Konferensi Pers Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Selasar Kretagama, Gd. Ali Wardhana Lantai 3, Jl Lapangan Banteng Timur Jakarta Pusat, Jumat (28/7/2023). (CNBC Indonesia, Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi perekonomian global masih dipenuhi ketidakpastian, khususnya pada pasar keuangan. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan masih akan adanya kenaikan suku bunga acuan oleh negara maju seperti Amerika Serikat (AS).

Demikianlah disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) dalam konferensi pers, Kamis (24/8/2023)


Menurut Perry, kenaikan suku bunga acuan dipicu oleh masih tingginya inflasi. Federal Reserve (the Fed) diperkirakan akan naik sebanyak 1-2 kali hingga akhir tahun.

"Kondisi ini mendorong kenaikan suku bunga di negara maju termasuk kemungkinkan kembali naiknya suku bunga AS," jelasnya.

Hal ini akan mendorong gejolak pada pasar keuangan, sehingga aliran modal akan keluar dari negara berkembang seperti Indonesia. Dolar AS diperkirakan juga akan tetap kuat.

"Tekanan nilai tukar di negara berkembang meningkat sehingga perlu penguatan respon untuk mitigasi rambatan glolab tersebut termasuk di Indonesia," tegas Perry.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed