Terseret Minyak Saingan, Harga CPO Belum Bisa Bangkit

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
23 August 2023 08:22
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau mengalami koreksi pada sesi awal perdagangan Rabu (23/8/2023) melanjutkan pelemahan sejak perdagangan kemarin.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan merosot 0,98% ke posisi MYR 3.828 per ton pada pukul 08:00 WIB. Dengan koreksi ini semakin memperdalam tren negatif harga CPO yang kini kembali turun ke level 3.800.

Pada perdagangan Selasa (22/8/2023) harga CPO berakhir ambruk 1,78% ke posisi MYR 3.866 per ton. Dengan ini, dalam dua hari perdagangan saja harganya sudah melemah 0,13%, namun secara tahunan masih terkoreksi dalam atau 7,38%.

Terkoreksinya harga CPO dipicu oleh penurunan harga minyak nabati saingannya, meskipun data ekspor yang kuat terbilang membantu membatasi kerugian.

"Minyak sawit mentah berjangka terlihat diperdagangkan lebih rendah hari ini karena likuidasi panjang mengikuti pelemahan minyak kedelai berjangka di CBOT semalam," kata Anilkumar Bagani, kepala riset broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai dikutip dari Reuters.

Melonggarkannya kontrak berjangka minyak nabati Tiongkok dan kontrak berjangka kedelai CBOT pada jam perdagangan Asia didukung oleh data polong kedelai AS yang lebih besar semakin menyeret harga.

Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 turun 0,2%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 kehilangan 0,7%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade (CBOT) naik tipis 0,9%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Di sisi lain, produksi di pabrik South Peninsular Palm Oil Mills Association menunjukkan pemulihan yang lebih baik dari yang diperkirakan selama 1-20 Agustus, naik 7% dari bulan lalu.

Sementara itu, Malaysia mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah untuk bulan September sebesar 8% dan meningkatkan harga acuannya, menurut surat edaran Dewan Minyak Sawit Malaysia.

Dari sisi ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-20 Agustus naik antara 9,8% dan 17,4% dibandingkan bulan lalu, menurut surveyor kargo Intertek Testing Services dan Amspec Agri.

Adapun ringgit Malaysia (MYR), mata uang perdagangan sawit telah mendekati titik terendah dalam lebih dari satu bulan sejak Kamis lalu. Ringgit yang lebih lemah membuat minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.

Berdasarkan analis teknikal Wang Tao yang dikuti dari Reuters, minyak sawit mungkin menguji kembali level support di MYR 3.861 per metrik ton, penembusan di bawahnya dapat membuka jalan menuju MYR 3.778.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Capek Naik Empat Hari Beruntun, Harga CPO Mulai Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular