Laba Adaro Energy Semester I 2023 Rp 14,93 T, Turun 25,9%
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten milik Garibaldi 'Boy' Thohir PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) mencatatkan laba tahun berjalan sebesar US$ 995,96 juta atau sekitar Rp 14,93 triliun sepanjang semester I-2023. Angka tersebut turun 25,97% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 yang menembus US$ 1,34 miliar.
Turunnya laba bersih tersebut karena pendapatan bersih ADRO pada paruh pertama tahun ini turun 1,75% yoy menjadi US$ 3,47 miliar dari sebelumnya yang sebesar US$ 3,54 miliar.
Padahal, volume penjualan batu bara ADRO pada semester I tahun ini mencapai 32,62 juta ton atau naik 19% secara tahunan. Penurunan harga jual rata-rata batu bara 18% menjadi penyebab kenaikan volume jual tidak berdampak pada pendapatan.
"ADRO mencatat kenaikan 19% pada volume penjualan menjadi 32,62 juta ton, dengan pendapatan yang berkurang 2% menjadi $3.479 juta, akibat penurunan 18% pada harga jual rata-rata (ASP)," tulis keterangan resminya melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (23/8).
Presiden Direktur sekaligus CEO Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir mengatakan, perseroan mencatat margin yang sehat dengan menghasilkan laba inti US$1,02 miliar.
"Paruh pertama 2023 menunjukkan kekuatan operasional Adaro di tengah fluktuasi harga dan kenaikan biaya," sebutnya.
Selain itu, beban pokok pendapatan ADRO naik 34,09% menjadi US$ 2,03 miliar dari sebelumnya US$ 1,51 miliar. Kenaikan beban pokok pendapatan terutama disebabkan oleh biaya royalti PT Adaro Indonesia (AI) yang meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Total biaya bahan bakar naik 13%, seiring kenaikan 17% pada konsumsi bahan bakar.
Pengupasan lapisan penutup mencapai 129,83 juta bcm, atau naik 27% dari semester I-2022. Nisbah kupas tercatat 3,89x, atau naik 7% dari tahun lalu. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) pada semester I - 2023 naik 23% dari tahun lalu.
Sementara, beban usaha juga ikut naik hingga 68,17% secara tahunan menjadi US$ 240,63 juta dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar US$ 143,09 juta. Kenaikan ini disebabkan oleh pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan pendapatan pemerintah daerah yang masih harus dibayar, cadangan untuk pembayaran penetapan pemerintah, dan kenaikan beban penjualan dan pemasaran. Kenaikan pada beban penjualan dan pemasaran sejalan dengan kenaikan volume penjualan.
Royalti kepada Pemerintah naik 67% dari US$ 511 juta menjadi US$ 853 juta, sedangkan beban pajak penghasilan turun 65% menjadi US$ 244 juta dari US$ 696 juta.
Setelah memperoleh IUPK-KOP pada bulan September 2022, AI menerapkan ketentuan perpajakan dan PNBP sesuai aturan yang berlaku mulai 1 Januari 2023. IUPK-KOP tersebut meningkatkan tarif royalti AI dari 13,5% menjadi 14% sampai 28%.
Namun, pajak penghasilan badan turun dari 45% menjadi 22%. IUPK-KOP ini juga mengakibatkan perubahan pada bisnis AI, seperti porsi PNBP bagi pemerintah pusat dan daerah sesuai peraturan perundang-undangan. AI meliputi 75% produksi ADRO pada semester I tahun ini.
Sehingga, laba kotor ADRO turun 28,59% menjadi US$ 1,44 miliar. Sementara itu, laba usaha anjlok 37,69% menjadi US$ 1,17 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 yang memcapai US$ 1,89 miliar.
Total aset pada semester I-2023 naik 11% menjadi US$ 9,73 miliar, dari US$ 8,78 miliar, karena saldo kas naik 23% menjadi US$ 2,76 miliar. Sementara kas dan setara kas meliputi 28% dari total aset.
(mkh/mkh)