
BI Abaikan IMF: Anda Mungkin Pintar, Tapi Kami Berpengalaman

Jakarta, CNBC Indonesia - Selepas pandemi covid-19 dan pecahnya perang Rusia dan Ukraina pada 2022, inflasi dunia melonjak drastis. Banyak negara, dimulai dari negara maju seperti Amerika Serikat (AS) mengambil kebijakan kenaikan suku bunga acuan.
Langkah tersebut diamini oleh berbagai lembaga internasional, seperti Dana Moneter Internasional (IMF). Asumsinya, ketika suku bunga acuan naik maka dengan sendirinya inflasi akan turun.
Hal ini berbeda dengan Indonesia. Bank Indonesia (BI) memilih untuk mempelajari struktur penyebab inflasi, sehingga kebijakannya bukanlah pada sisi moneter.
"Anda mungkin dianggap lebih pintar tetapi kami lebih berpengalaman," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di sela-sela pertemuan ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governos Meeting (AFMGM), di Senayan, Jakarta, Selasa (22/8/2023)
Perry menjelaskan, dalam periode tersebut, Indonesia baru pulih dari pandemi covid-19. Meskipun ada sedikit kenaikan inflasi, namun pilihan untuk meredamnya lewat suku bunga acuan akan membuat pertumbuhan ekonomi kembali melambat.
![]() |
Inflasi Indonesia adalah masalah pasokan. Maka dari itu BI bersama pemerintah pusat dan daerah memastikan pasokan terjaga lewat berbagai cara, dari pemantauan hingga eksekusi.
"Indonesia menahan diri untuk tidak menggunakan manajemen arus modal," jelasnya.
Suku bunga acuan akhirnya naik, ketika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Menurut Perry, kenaikan suku bunga juga tidak sporadis seperti yang dilakukan oleh AS. Kini BI 7 days reverse repo rate sebesar 5,75%.
Pada saat yang sama, ekonomi masih tumbuh tinggi, yakni di atas 5% selama 7 kuartal beruntun. Berbeda dengan negara yang menaikkan suku bunga acuan, kini terpaksa alami pelemahan hingga jatuh ke jurang krisis.
"Itu sebabnya kebijakan moneter di Indonesia pro-stabilitas, pro-pertumbuhan makroprudensial dilengkapi dengan pendalaman pasar keuangan, inklusi keuangan, digitalisasi dan sebagainya," pungkasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Suku Bunga AS Siap Turun di September 2024, Bos BI: Bagus!