Perang Bunga Kredit, Bank Rebutan Dana Murah

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Selasa, 22/08/2023 15:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bank (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)

Jakarta, CNBC Indonesia — Persaingan bunga kredit perbankan di Indonesia kian ketat. Hal ini seiring dengan era suku bunga acuan tinggi dan juga melandainya pertumbuhan kredit di negara ini. 

Secara rata-rata, kredit industri perbankan sebesar 9,34%, turun dari posisi bulan sebelumnya 9,37%. Padahal rata-rata suku bunga kredit sejak Januari 2023 selalu berada di atas level 10%. Lebih rinci, rata-rata bunga kredit bank pada Januari 2023 10,01%, Februari 13,68%, Maret 10,07%, dan April 10,08%.

Hal tersebut sempat menjadi sorotan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Menurutnya salah satu alasan bank tidak agresif menaikkan suku bunga kredit karena kondisi likuiditas perbankan saat ini terbilang gemuk. 


Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 27,52% per Mei 2023. Realisasi ini melampaui batas bawah yang ditetapkan regulator sebesar 10%.

Direktur Utama PT Bank Pan Indonesia Tbk. atau Panin Bank Herwidayatmo mengatakan bahwa posisi likuiditas perusahaan dalam kondisi sangat baik. Dia mengklaim pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh di atas rencana bisnis bank (RBB). 

Mengutip laporan keuangan Panin Bank semester I-2023, DPK tumbuh 1,77% sepanjang tahun berjalan (ytd) per Juni 2023, menjadi Rp 144,35 triliun. Komponen DPK yang naik paling tinggi adalah tabungan yang naik 3,7% menjadi Rp 52,85 triliun. Rasio dana murah atau current account savings account (CASA) pun terkerek naik menjadi 48,34% menjadi 47,07%.

"Saat ini yang kami lakukan adalah berupaya meningkatkan porsi CASA, sehingga bisa menyalurkan kredit dengan bunga yang lebih kompetitif," kata Dirut PNBN saat dihubungi CNBC Indonesia, (15/8/2023).

Sebelumnya, PT Bank Permata Tbk. (BNLI) atau Permata Bank mencatatkan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) pada level sekitar 4%, tidak jauh dari tahun 2022 lalu.

Direktur Utama Bank Permata Meliza M. Rusli mengatakan persaingan bunga kredit akan berlanjut hingga akhir tahun. Dengan asumsi suku bunga acuan sebesar 5,75% hingga akhir 2023, NIM bank pun diperkirakan akan tergerus. 

"Di mana diperkirakan dampak kenaikan beban bunga deposit dan persaingan suku bunga kredit akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2023 yang akan menyebabkan tekanan marjin suku bunga dan berdampak pada penurunan NIM," ujarnya kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

BNLI per Juni 2023 melaporkan DPK BNLI tumbuh tinggi, yakni 8,02% yoy menjadi Rp 185,49 triliun. Pertumbuhan ini utamanya disokong oleh dana mahal atau deposito yang naik 14,13% yoy menjadi Rp 80,85 triliun.

Sementara itu penyaluran kredit perbankan kembali melambat pada akhir paruh pertama 2023. Berdasarkan jenisnya, persentase pertumbuhan seluruh segmen pembiayaan menyusut pada Juni 2023.

Mengutip data Bank Indonesia, industri perbankan menyalurkan kredit senilai Rp 6.636,1 triliun, naik 7,7% secara tahunan (yoy). Pada bulan sebelumnya kredit tumbuh 9,5% yoy atau masih dalam rentang target BI, yakni 9%-11%.

Bila dirinci perlambatan utamanya disebabkan oleh kredit korporasi yang melambat 260 basis poin (bps) menjadi 6,4% yoy. Kredit yang menyasar korporat ini berkontribusi 51,28% atau setara Rp 3.402,8 triliun.

Pada periode yang sama, kredit perorangan melambat 60 bps menjadi 9,1% yoy. Kredit perorangan menyumbang 47,94% atau Rp 3.181,1 triliun.

Detailnya, kredit investasi pertumbuhannya turun 320 basis poin (bps) menjadi 8,4% yoy dari 11,6%. Industri pengolahan anjlok cukup dalam, yakni dari 16,4% yoy menjadi 7,9% yoy.

Bila dilihat, kredit perorangan melambat karena kredit kendaraan bermotor dan kredit multiguna. Pada periode yang sama, kredit pemilikan rumah (KPR) justru menguat.

Senada dengan sektor yang lain, pertumbuhan kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga melambat. Kredit UMKM tercatat naik 7,1% yoy, turun 40 bps dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.

Kredit skala mikro melambat 80 bps, sedangkan kontraksi pada kredit kecil dan menengah semakin besar.

Pada periode yang sama dana pihak ketiga (DPK) naik 6,4% yoy, menjadi Rp 7.799 triliun. Secara persentase, angka ini melambat dari bulan sebelumnya yan mencapai 6,9% yoy. 

Pada Juni 2023, pertumbuhan DPK disokong oleh giro dan deposito yang masing-masing naik 9,5% yoy dan 7,1% yoy. Sementara itu, tabungan naik 3% yoy. 


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bankir Putar Otak Genjot Kredit Saat Daya Beli & Ekonomi Lesu