Menguat di Sesi I, IHSG Rawan Hilang Tenaga di Sesi II
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat hingga penutupan sesi I, Senin (21/8/2023). Namun, IHSG masih tertahan di bawah level psikologis 6.900.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup naik 0,11% ke 6.867,43. Nilai transaksi mencapai Rp7,72 triliun dan volume 17,65 miliar saham.
Hanya sebanyak 225 saham naik, 290 saham turun, dan 214 sisanya stagnan.
Penguatan IHSG mulai berkurang di ujung sesi I. IHSG sendiri sempat menembus 6.890,28 di awal perdagangan tadi pagi.
IHSG menguat meski sentimen pasar dari eksternal masih cenderung kurang menggembirakan.
Namun sejatinya, pelaku pasar di dalam negeri cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi dan agenda penting di dalam negeri.
Pada Selasa (22/8) besok, Bank Indonesia (BI) akan merilis laporan neraca pembayaran triwulan II 2023. Selain itu, akan dirilis pula data transaksi berjalan RI yang diproyeksikan akan mencatatkan surplus US$ 1,5 miliar, lebih kecil dibandingkan US$ 3 miliar pada periode sebelumnya.
Pada Kamis pekan ini, akan ada dua data penting, yakni indeks harga properti dan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, termasuk suku bunga acuan.
Ekonom yang disurvei Reuters meramal, BI akan tetap kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada rapat mendatang.
Sedangkan dari eksternal, pelaku pasar di dalam negeri dan global menanti Simposium Ekonomi Jackson Hole di Wyoming selama tiga hari, yang diselenggarakan setiap tahun oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) wilayah Kansas City sejak 1981.
Ketua The Fed, Jerome Powell akan menyampaikan pidato tentang prospek ekonomi pada Jumat pekan ini di Simposium Jackson Hole.
Powell akan memberikan pandangan terbarunya tentang apakah diperlukan lebih banyak pengetatan kebijakan untuk menurunkan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, atau mulai mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga.
Pidato Powell akan dinanti-nanti karena secara historis memiliki efek kejut yang besar untuk pasar global.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG berusaha menembus ke atas area penting, yakni level 6.880 (Fibonacci 78,6%). Di sesi II, IHSG berpotensi menjajal level ini lagi.
IHSG sejauh ini masih bergerak sideways.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke 43,79.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD di bawah garis sinyal dengan kecenderungan sedikit melebar.
Di sesi II, IHSG berpeluang menguji support terdekat di level 6.855 sebelum menentukan pergerakan selanjutnya. Sedangkan, resistance terdekat di 6.880 (Fibo 78,6%).
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(trp/trp)