Ditopang Ekspor Kuat, Harga CPO Melesat Lebih Dari 1%

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
21 August 2023 10:32
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat di sesi awal perdagangan awal pekan, Senin (21/8/2023) mematahkan penguatan tiga hari beruntun sejak 15 Agustus.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau naik 1,78% ke posisi MYR 3.940 per ton pada pukul 10:00 WIB. Dengan penguatan ini membawa harganya optimis bercokol di level 3.900.

Pada perdagangan akhir pekan lalu (18/8/2023) harga CPO berakhir terkoreksi 1,33%% ke posisi MYR 3.871 per ton. Dengan ini, sepanjang perdagangan pekan lalu harganya melesat 4,14%, koreksi tipis sebesar 0,18% terjadi secara bulanan, dan masih turun 7,26% secara tahunan.

Menguatnya CPO awal pekan ini masih dipengaruhi sentimen permintaan yang kuat sehingga ekspor juga naik, ringgit yang lebih lemah dan minyak nabati saingan yang lebih kuat.

Berdasarkan data surveyor kargo Intertek Testing Services Ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-20 Agustus naik 9,8% menjadi 827.975 metrik ton dari 754.214 metrik ton yang dikirim selama periode 1-20 Juli.

"Pasar minyak sawit minggu ini didukung oleh permintaan yang kuat dari India dan Eropa serta ekspektasi ke depan dari harga minyak kedelai yang lebih tinggi mengingat aktivitas penghancuran yang kuat dan permintaan domestik di Amerika Serikat," kata Marcello Cultrera, direktur komoditas yang berbasis di Singapura. konsultan Apricus 8 Pte Ltd yang dikutip dari Reuters.

Namun, persediaan minyak sawit jangka menengah yang lebih tinggi dan bea ekspor India yang direvisi untuk minyak sawit dan minyak lunak menekan harga.

Ringgit (MYR) mata uang perdagangan kelapa sawit, telah turun 1,3% terhadap dolar sepanjang minggu ini, membuat minyak nabati lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang asing.

Dari sisi minyak saingannya, kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 naik 0,7%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 0,7%. Sementara harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,08%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Di sisi lain, pihak Uni Eropa (UE) mengatakan pada Kamis (17/8/2023) bahwa pihaknya telah meluncurkan penyelidikan apakah biodiesel dari Indonesia menghindari bea UE dengan melalui China dan Inggris.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Capek Naik Empat Hari Beruntun, Harga CPO Mulai Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular