Kredit Macet Pinjol Menumpuk, Bos OJK Baru Atur Strategi

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
19 August 2023 14:00
Agusman dan Hasan Fawzi  menjalani pelantikan sebagai Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) baru untuk periode 2023-2028 di Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Agusman dan Hasan Fawzi menjalani pelantikan sebagai Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) baru untuk periode 2023-2028 di Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini kedatangan Dewan Komisioner baru. Sehingga, dapat lebih fokus untuk mengawasi keberadaan finjaman online (Pinjol) atau fintech peer to peer (P2P) lending di Indonesia.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan OJK Agusman akan membuat strategi dalam merespons fenomena gagal bayar lender di platform pinjol yang baru-baru ini mencuat.

"Yang penting masyarakat harus tahu persis. Misal, kalau kita jadi lender, siapa mitra kita? begitu," ujar Agusman ketika disambangi CNBC Indonesia usai pelantikannya di Gedung Mahkamah Agung pada Rabu, (9/8/2023).

Menilik ke belakang, industri fintech di Indonesia baru-baru ini diramaikan oleh kasus gagal bayar imbal hasil untuk investor yang memebri pinjaman alias lender di tiga perusaha Pinjol, yaitu Investree, Tanifund, dann iGrow.

Dikabarkan sebelumnya, ketiga perusahaan yang disebut bisa mengalami hal tersebut karena tingkat kredit macetnya tinggi.

Bila menilik ke situs resmi masig-masing, Tingkat kredit terbayarkan alias TKB90 Investree mencapai 95,78%. Sementara Tanifund mencatatkkan TKB90 sebesar 36,07%.

Menanggapi hal ini, Agusman mengatakan bahwa masyarakat harus mempertimbangkan risiko sebelum memutuskan untuk menjaid lender di suatu pinjol.

"Iya mereka harus tahu risikonya. Harus tahu ratingnya berapa?" pungkasnya.

Menurut data OJK, TWP90, indikator kredit bermasalah pinjol, di Indonesia per Juni 2023 menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Mei lalu kredit macet mencapai 3,36%. Namun capaian dua bulan tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan periode Januari hingga April 2023 yang di bawah 3%.

Dalam laporan yang sama, terdapat 10,1 juta akun rekening yang memberikan pinjaman pada Juni 2023. Ini terbagi atas 2,4 juta akun rekening luar negeri dan 7,6 juta untuk dalam negeri.

Pada bulan Juni juga, jumlah dana yang diberikan sebesar Rp 19,6 triliun. Dengan jumlah terbesar berada di pulau Jawa mencapai Rp 14 triliun.

Sementara itu, untuk luar pulau jawa sebesar RP 376,2 miliar. Untuk luar negeri, jumlah dana yang diberikan Rp 5,1 miliar


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Makin Banyak Orang Indonesia Tidak Bayar Pinjol

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular