Adu Kuat Fed vs Jokowi Effect Berjalan Imbang, Rupiah Stagnan

rev, CNBC Indonesia
18 August 2023 15:27
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis risalah Federal Open Market Committee (FOMC) AS kemarin.

Merujuk dari Refinitiv, rupiah ditutup stagnan 0% terhadap dolar AS di angka Rp15.280/US$. Pada perdagangan hari Jumat (18/8/2023), rupiah sempat melemah hingga titik tertinggi Rp15.319/US$. Posisi ini sama dengan penutupan perdagangan Rabu (16/8/2023) yang telah menguat 0,36% di posisi Rp15.280/US$. Secara mingguan, rupiah melemah sebesar 0,46%.

Rupiah stagnan d tengah tarik menarik sentimen yang berlawanan. Risalah FOMC pada Kamis (17/8/2023) dini hari waktu Indonesia membawa sentimen negatif tetapi Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan 2024 membawa sentimen positif.

Rilis risalah FOMC menunjukkan sebagian besar pejabat lebih memprioritaskan pertarungan atas inflasi.

"Dengan inflasi yang masih jauh di atas tujuan jangka panjang Komite dan pasar tenaga kerja tetap ketat, sebagian besar peserta terus melihat risiko kenaikan yang signifikan terhadap inflasi dan tetap memerlukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut," ungkap risalah dalam pertemuan FOMC.

Sebagai catatan, inflasi AS sedikit meningkat pada Juli 2023 menjadi 3,2% (year on year/yoy) dari 3,0% (pada Juni) atau lebih rendah daripada ekspektasi pasar yakni 3,3% yoy. Sedangkan target inflasi The Fed yakni 2% yoy.

Hal tersebut semakin menambah ketidakpastian di pasar, pasalnya Bank Sentral AS (The Fed) melawan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Oleh sebab itu, sikap The Fed tersebut diproyeksi pasar masih bisa ketat lagi untuk pertemuan selanjutnya di sisa akhir tahun ini.

Untuk diketahui, The Fed pada bulan lalu telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke posisi 5,25% - 5,50%. Pada FOMC September 2023 ada peluang bagi The Fed untuk menaikkan 25 basis poin menjadi 5,50% - 5,75%.

CME Fedwatch Tool pada 18 Agustus 2023 pukul 2.37 CT menunjukkan probabilitas kenaikan suku bunga sebesar 25 bps sebesar 9,5%.

Sebelumnya, pada Rabu (16/8/2023), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Pidato Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024. Dalam Pidato Kenegaraan, Jokowi sangat menekankan pentingnya hilirisasi bagi Indonesia ke depan.

Ia menyadari program hilirisasi, terutama dengan adanya kebijakan larangan ekspor mineral mentah seperti bijih nikel yang telah dilakukan sejak 2020 sebagai upaya mendorong hilirisasi di Tanah Air, terasa pahit bagi pengekspor mineral mentah.
Penegasan ini sepertinya menjadi sentimen positif pelaku pasar sehingga rupiah ikut menguat ke depannya sebab hilirisasi yang menguntungkan Indonesia dapat mendongkrak nilai ekspor.

Dalam Pidato Presiden Republik Indonesia Pengantar RAPBN 2024 dan Nota Keuangannya, pemerintah mengajukan asumsi nilai tukar di angka Rp15.000/US$1 untuk tahun depan.

Sedangkan asumsi inflasi diajukan sebesar 2,8% atau lebih rendah dibandingkan inflasi saat ini periode Juli 2023 di angka 3,08%. Selain itu, asumsi makro untuk suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun diajukan sebesar 6,7%.

Pemerintah mengajukan defisit anggaran sebesar Rp 522,8 triliun aau 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit anggaran sebesar 2,29% dari PDB adalah yang terendah sejak 2019 (2,20% dari PDB).

Defisit sebesar Rp 522,8 triliun berdasarkan hitungan belanja negara sebesar Rp3.304,1 triliun sementara pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular