Harta Bos Induk Shopee Lenyap Rp 2,4 T Semalam, Kenapa?

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
18 August 2023 10:00
Forrest Li
Foto: Forrest Li (Reuters/Brendan McDermid)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua miliarder pendiri induk Sea Ltd. mengalami kejatuhan kekayaan bersih dalam semalam setelah raksasa teknologi yang berbasis di Singapura itu melaporkan pendapatan kuartal kedua yang mengecewakan dan menyusun rencana untuk meningkatkan investasi e-commerce yang dapat membuat perusahaan kembali merugi.

Saham Sea mengalami penurunan harian terbesar sebanyak 29% sejak perusahaan go public pada 2017 pada hari Selasa, (16/8/2023) di New York Stock Exchange. Akibatnya, kekayaan ketua dan CEO Forrest Li terdegradasi sebesar US$1 miliar atau Rp15.3 triliun. Ia kini memiliki harta $2,5 miliar dalam Daftar Miliarder Real-Time Forbes.

Sementara itu, Chief Operating Officer Sea Ltd Gang Ye kehilangan sekitar $565 juta atau Rp8.63 triliun dari penurunan saham. Ini membuat Gang Ye mengakumulasi kekayaan bersih sebesar $1,8 miliar. Dengan begitu, penurunan kekayaan keduanya diperkirakan mencapai US$1.6 miliar atau setara Rp2,44 triliun.

Pada hari yang sama, Sea mengatakan bahwa pendapatan kuartal kedua mencatat kenaikan 5,2% dari tahun ke tahun menjadi $3,1 miliar, jauh dari $3,2 miliar yang diperkirakan oleh para analis. Bisnis e-commerce Shopee, yang menyumbang sekitar dua pertiga dari top-line perusahaan, membukukan tingkat pertumbuhan paling lambat sebesar 20,6% menjadi $2,1 miliar.

Sementara pendapatan di unit game yang menghasilkan laba, yang membantu mendanai ekspansi Sea dalam e-commerce dan layanan keuangan digital, anjlok 41,2% menjadi $529 juta. Adapun penjualan dari layanan keuangan digital naik 53,4% menjadi $423 juta.

Sea mengumpulkan laba bersih $331 juta pada kuartal kedua, dibandingkan dengan kerugian $931 juta pada periode yang sama tahun lalu. Perusahaan, bagaimanapun, mengisyaratkan bahwa pihaknya mungkin sekali lagi mengeluarkan tinta merah.

"Kami telah memulai, dan akan terus, meningkatkan investasi kami dalam menumbuhkan bisnis e-commerce di seluruh pasar kami. Investasi semacam itu akan berdampak pada keuntungan kami dan dapat mengakibatkan kerugian bagi Shopee dan grup kami secara keseluruhan dalam periode tertentu," ujar Li dalam paparan publiknya.

Pernyataan Li, muncul saat Shopee menghadapi persaingan yang semakin ketat dari para pesaingnya seperti Lazada dari Alibaba dan TikTok dari ByteDance. Ini sekaligus menandai pergeseran dari fokus perusahaan pada peningkatan profitabilitas. Padahal, Sea melaporkan keuntungan pertamanya pada kuartal keempat tahun 2022, menyusul langkah-langkah pemotongan biaya yang melibatkan ribuan PHK dan pembekuan gaji.

"Meskipun kami setuju bahwa ini adalah pendekatan yang tepat untuk mempertahankan pangsa pasar di tengah persaingan yang semakin ketat, tidak ada arah yang jelas dari pertumbuhan GMV (gross merchandise value) dan toleransi manajemen untuk kembali ke kerugian menunjukkan kepada kami bahwa kurangnya visibilitas pada efektivitas investasi dan pertempuran brutal mungkin baru saja dimulai, "tulis Alicia Yap, seorang analis Citigroup, dalam sebuah catatan penelitian.

Didirikan pada tahun 2009, Sea pernah menjadi saham dengan performa terbaik di dunia selama puncak pandemi. Raksasa e-commerce dan game ini telah berjuang untuk melanjutkan momentum karena ledakan pandemi memudar dan investor menjadi berhati-hati di tengah lonjakan suku bunga.

Kapitalisasi pasar Sea telah turun hampir 89% dari puncaknya pada Oktober 2021. Penurunan tersebut telah mendorong David Chen, salah satu dari tiga pendiri Sea, turun dari peringkat miliarder.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati Shopee & Lazada! TikTok Mau Jajah Asia Tenggara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular