Setelah Menguat Tiga Hari Beruntun, Harga CPO Terkoreksi

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
18 August 2023 09:40
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau terkoreksi di sesi awal perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (18/8/2023) mematahkan penguatan tiga hari beruntun sejak 15 Agustus.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau melemah 0,15% ke posisi MYR 3.917 per ton pada pukul 08:00 WIB. Meskipun mengalami koreksi, penguatan sebelumnya membawa harganya kembali ke level 3.900.

Pada perdagangan Kamis (17/8/2023) harga CPO berakhir melesat 2% ke posisi MYR 3.923per ton. Dengan ini, dalam empat hari perdagangan harganya sudah melesat 5,54%, dan naik 1,16% secara bulanan, meskipun masih terkoreksi 6,01% secara tahunan.

Melemahnya harga CPO didorong aksi profit taking. Meskipun ada beberapa sentimen positif yang harusnya tidak terlalu membebani harganya. Melemahnya ringgit serta ekspor yang kuat mendukung sentimen positif pekan ini. Analis juga menyebutkan bahwa permintaan yang kuat menjaga harga tetap kondusif pekan ini.

"Stok tujuan yang membengkak dan produksi Agustus yang lebih tinggi menjaga harga tetap terkendali," kata Sathia Varqa, analis senior di Fastmarkets Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura yang dikutip dari Reuters.

Ringgit (MYR), mata uang perdagangan sawit, tergelincir 0,5% terhadap dolar, membuat komoditas lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang asing.

Sementara dari sisi minyak saingannya, kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 naik 0,8%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 naik 0,8%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 1,1%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Dari Indonesia, Uni Eropa mengatakan pada Kamis (17/8/2023) bahwa pihaknya telah meluncurkan penyelidikan apakah Indonesia menghindari bea UE atas impor biodiesel yang berasal dari negara tersebut dengan melalui China dan Inggris.

Sebagaimana diketahui UE adalah tujuan terbesar ketiga Indonesia untuk produk minyak sawit dan pasar penting untuk biodieselnya, yang dibuat dari minyak sawit, sedangkan Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Penyelidikan UE mengikuti permintaan awal dari Dewan Biodiesel Eropa.

"Permintaan itu berisi bukti yang cukup bahwa tindakan balasan yang ada pada impor produk yang bersangkutan dielakkan oleh impor produk yang sedang diselidiki," kata Komisi Eropa dalam jurnal resmi Uni Eropa.

"Perubahan pola perdagangan yang melibatkan ekspor dari Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok dan Inggris ke Uni telah terjadi setelah penerapan tindakan balasan yang ada," tambahnya.

Kendati demikian, Kementerian Perdagangan Indonesia belum berkomentar. Awal pekan ini, Indonesia meminta konsultasi sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dengan UE atas pengenaan bea UE atas impor biodiesel dari Indonesia.

Ditanya tentang situasi ini, juru bicara Komisi Eropa mengatakan kepada wartawan bahwa UE yakin tugasnya di Indonesia sepenuhnya sesuai dengan aturan WTO dan UE siap untuk membahas masalah ini dengan Indonesia.

Hubungan perdagangan antara UE dan Indonesia telah tegang oleh langkah blok tersebut untuk membatasi impor komoditas yang terkait dengan deforestasi, yang diperkirakan akan mengekang impor minyak sawit UE dari pemasok utama Indonesia dan Malaysia. Selain biodiesel, minyak sawit digunakan secara luas dalam makanan dan kosmetik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Capek Naik Empat Hari Beruntun, Harga CPO Mulai Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular