Rupiah Babak Belur Dihajar Sentimen China dan Amerika

rev, CNBC Indonesia
15 August 2023 15:24
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis data ekonomi China hingga penantian rilis risalah Federal Open Market Committee (FOMC).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,16% terhadap dolar AS di angka Rp15.335/US$ bahkan sempat melemah hingga Rp15.359/US$. Pelemahan ni memperpanjang derita rupiah menjadi tiga hari beruntun.
Posisi penutupan pada hari ini adalah yang terlemah sejak 20 Maret 2023 atau hampir lima bulan terakhir.


Pelemahan rupiah salah satunya disebabkan oleh data ekonomi China yang terus memburuk.

Produksi industri China tumbuh 3,7% (year on year/yoy) pada Juli 2023, melambat dari 4,4% pada Juni dan di bawah perkiraan 4,4%. Sedangkan penjualan retail China tumbuh 2,5% (yoy) pada Juli 2023, melambat dari pertumbuhan 3,1% di bulan sebelumnya. Ini adalah bulan ketujuh berturut-turut peningkatan perdagangan eceran tetapi yang paling lemah dalam urutannya.

Data hari ini menegaskan ekonomi China sedang tidak baik-baik saja. Badan Nasional Statistik China juga mencatat Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) mengalami deflasi sebesar 0,3% (yoy) pada Juli. Ini adalah deflasi yang pertama sejak Februari 2021.

Sementara itu, Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) mengalami deflasi 4,4% (yoy). Dengan demikian, PPI sudah mengalami deflasi sepanjang 10 bulan beruntun.

Sebagai negara terbesar di Asia dan merupakan tujuan ekspor Indonesia, maka perlambatan ekonomi China akan mempengaruhi ekspor Indonesia.

Beralih ke AS, kebijakan bank Sentral AS  The Federal Reserve (The Fed) yang diproyeksi masih hawkish ke depan pun membuat pelaku pasar khawatir. Kemana arah kebijakan The Fed diharapkan terjawab di risalah FOMC Juli yang akan keluar Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Jika The Fed benar-benar akan menaikkan suku bunganya, maka potensi untuk dolar AS terapresiasi cukup jelas terlihat. Indeks dolar terbang 103,19 pada perdagangan kemarin atau terkuat sejak 5 Juli 2023.

Kenaikan indeks dolar ini juga menandai banyaknya investor yang mencari mata uang Greenback yang membuat mata uang negara lain, termasuk rupiah tertekan.

Sementara dari dalam negeri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2024 pada Rabu (16/8/2023). APBN tersebut akan menjadi APBN tahun terakhir Jokowi.

RAPBN 2024 menjadi sangat penting karena tahun depan bakal menjadi tahun terakhir pemerintahan Jokowi. Pelaku pasar ataupun publik akan mencari tahu seperti apa fokus kebijakan pembangunan tahun depan, terutama terkait subsidi BBM, pembangunan infrastruktur, pembiayaan utang, gaji PNS, kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara, serta proyek lain.

Publik juga ingin mengetahui legacy apa yang akan ditinggalkan Jokowi di masa terakhir pemerintahannya. Penjelasan Presiden setidaknya akan memberikan gambaran bagaimana kejelasan untuk pemerintahan selanjutnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular