
Rupiah Lesu Tak Bertenaga, Dolar AS Bisa Tembus Rp15.400?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Merujuk dari Refinitiv, dolar AS kini berada di angka Rp15.335.
Apakah berpeluang tembus ke Rp15.400?
"Ada kemungkinan, melihat US Treasury yield yang masih meningkat seiring dengan financing US yang di-frontload akibat debt ceiling talk agreement Juni lalu dan ketidakpastian dari arah bunga Fed," ungkap Ekonom Bank Danamon Irman Faiz kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/8/2023)
Irman menambahkan, ketidakpastian arah suku bunga acuan AS juga menjadi alasan karena ada risiko inflasi yang melonjak, seiring lonjakan harga komoditas pangan dan energi yang saat ini terjadi.
Inflasi dan PPI yang masih tinggi membuat pelaku pasar memperkirakan The Fed masih akan mengerek suku bunga sebesar 25 basis poins (bps) pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) September mendatang.
Hal yang berbeda diungkapkan oleh Myrdal Gunarto, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia. Dolar AS diperkirakan akan menuju level Rp15.390.
Menurut Myrdal, investor melakukan aksi profit taking untuk mencari posisi aman dari perkembangan pemulihan ekonomi global yang berlangsung lambat, terutama di China. Di samping juga kemungkinan tren kenaikan bunga kebijakan moneter yang akan terus berlangsung secara global merespon kenaikan kembali tekanan inflasi.
"Rupiah menuju level resisten terdekat di 15,390 terhadap US$ dikarenakan aksi jual investor asing di pasar keuangan domestik, terutama di pasar surat utang negara sebagai imbas kenaikan yield obligasi global dan kenaikan kembali inflasi komoditas," papar Myrdal kepada CNBC Indonesia.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto menjelaskan rupiah melemah karena tekanan sentimen global. Termasuk di dalamnya adalah proyeksi masih hawkishnya Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dan ekonomi Tiongkok yang di bawah ekspektasi pasar.
"BI tentunya memastikan keseimbangan supply-demand terjaga dengan baik, dan untuk memastikan tidak terjadi gejolak nilai tukar yang tinggi," tutur Edi, kepada CNBC Indonesia.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat, Begini Suasana Money Changer