Ada Teroris Menyusup ke KAI, Manajemen Buka Suara

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Selasa, 15/08/2023 12:52 WIB
Foto: Suasana penumpang di Stasiun Kereta Api Gambir, Jakarta, Selasa,( 8/3./2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kereta Api Indonesia (Persero) buka suara terkait penangkapan karyawan KAI sebagai terduga teroris oleh Densus 88 di Bekasi, Jawa Barat. Komisaris Utama (Komut) PT Kereta Api Indonesia (KAI) Said Aqil Siroj mengatakan KAI tidak akan mentoleransi dan menyerahkan proses hukum terkait salah satu oknum karyawan tersebut.

"Sebagai Komut, saya memastikan KAI dikelola oleh insan-insan KAI dengan spirit keagamaan yang toleran, moderat, dan mengimplementasi Akhlak sebagai nilai utama perusahaan, sebagai pedoman perilaku (individu), dan bermasyarakat," ujar Said Aqil dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (15/8).


Menurutnya, secara korporasi, KAI dikelola oleh tenaga-tenaga profesional, memberi pelayanan terbaik pada masyarakat, serta memiliki budaya safety and security yang terukur. Sehingga, KAI menjadi salah satu BUMN berkinerja yang sangat baik.

Ia menyampaikan, penangkapan tersebut memberi pesan serius bahwa kelompok, paham, dan praktik teroris ini nyata dan dekat dengan lingkungan kita. Said Aqil menilai peringatan keras ini harus dijadikan alarm sekaligus momentum untuk bersih-bersih.

Apalagi, lanjutnya, infiltrasi atau penyusupan ke berbagai lembaga, ditengarai sudah menjadi strategi kelompok teroris baik terkait Jama'ah Islamiyah (JI), Jama'ah Anshoru Daulah (JAD). Menurutnya, kelompok itu sesuai pengungkapan oleh Densus 88, terafiliasi dengan ISIS.

"PT KAI akan bekerja lebih kuat lagi dengan BNPT, Densus 88 dan menyerahkan proses hukum terhadap karyawan berinsial DE, terduga teroris," imbuhnya.

Menurutnya, informasi tentang terorisme harus diketahui masyarakat. Pasalnya, gerakan terorisme merupakan ancaman kejahatan sistemik yang dilaksanakan secara terstruktur dan terencana.

Bagi Said Aqil, gerakan terorisme bergulir seiring dengan perkembangan zaman, baik dilakukan oleh individu maupun kelompok teroris dengan cara gerakan secara transparan ataupun senyap. Skema kejahatan terorisme saat ini cukup beragam, baik dalam skala gerakan konvensional maupun digital.

Said Aqil mengatakan pengalamannya memimpin PBNU hampir 11 tahun, di antaranya dalam menangkal radikalisasi beragama (cikal bakal menjadi teroris) maupun membangun diskursus keagamaan dengan lebih moderat dan toleran masih relevan untuk disampaikan.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Awasi Ketat Kripto, Fokus pada Aktivitas Domestik