Obligasi Hijau Membludak 8,25 Kali, Neraca PGEO Makin Sehat

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
16 August 2023 07:33
Pertamina Geothermal Energy
Foto: dok Pertamina Geothermal Energy

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pengembang energi panas bumi terbesar RI, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) pada April lalu berhasil meraih dana segar sebesar US$ 400 juta melalui penerbitan obligasi berwawasan lingkungan hijau (green bonds). Pada saat penawaran surat utang bahkan sempat mengalami kelebihan penawaran atau oversubscribed hingga 8,25 kali.

Tingginya permintaan pembiayaan hijau tersebut menjadi satu tanda bahwa minat investor masih cukup deras untuk Indonesia. Piter Abdullah Redjalam, Direktur Eksekutif Segara Research Institute menyatakan ada dua yang mempengaruhi mengapa penawaran sampai oversubscribbed.

"Pertama dari imbal hasil yang ditawarkan cukup tinggi dari negara lain dan kedua dari prospek ekonomi Indonesia yang positif, terutama dibandingkan negara-negara Eropa yang saat ini masih dilanda banyak persoalan termasuk perang" Ungkap Piter, kepada wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, PGEO telah menawarkan green bonds senilai US$ 400 juta dengan tingkat bunga yang atraktif sebesar 5,15% per tahun. Penggunaan dana ini disinyalir seluruhnya untuk pembayaran fasilitas bridge loan.

Lebih lanjut Piter juga menyampaikan "Upaya PGEO menyelesaikan pinjaman jangka pendek ini menjadi bukti bahwa green financing akan tetap menarik minat investor global".

Berdasarkan data prospektus, saldo pinjaman facilities agreement per 31 Desember 2021 diketahui sebesar US$ 600 juta dan jatuh tempo pada 23 Juni lalu yang mana sudah berhasil terlewati.

Kabar baiknya, PGEO berhasil membayar saldo pinjaman tersebut lebih awal tahun ini. Pertama pada akhir Maret lalu melunasi bridge loan facility sebesar US$ 200 juta, kemudian pada Mei perusahaan membayarkan sejumlah US$ 400 juta menggunakan dana dari obligasi hijau. Dengan begitu, anak usaha Pertamina ini berhasil melunasi kewajiban jangka pendek-nya sehingga struktur permodalan menjadi lebih ideal dan kuat.

Struktur permodalan yang lebih kuat nampak dari rasio utang perusahaan terhadap modal atau debt to equity ratio (DER) yang susut menjadi 39% hingga akhir Juni 2023, dibandingkan pada akhir tahun lalu sebesar 75%. Hal tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan kewajiban sudah semakin membaik.

Tak hanya itu, kas perusahaan pada paruh pertama tahun ini berhasil melonjak signifikan hingga 153,2% menjadi US$ 662,1 juta.
Capaian ini bisa memberikan implikasi terhadap rasio lancar perusahaan menjadi 3,59 kali dibandingkan akhir tahun lalu sebesar 0,51 kali, hal ini membuktikan likuiditas perusahaan cukup solid yang bisa meningkatkan peluang ekspansif mengembangkan bisnis di industri panas bumi. .

Energi panas bumi merupakan alternatif energi baru dan terbarukan (EBT) yang menjadi salah satu langkah pemerintah dalam mengurangi emisi gas dan mencapai target net-zero emission 2060 mendatang.

Komitmen tersebut semakin meningkatkan peluang porsi EBT naik untuk energi listrik dalam negeri. Hal ini diharapkan juga bisa menggerus dominasi energi fosil atau batu bara yang juga sejalan dengan rencana pensiun dini PLTU PLN pada 2030.

Piter mengungkapkan "Rencana pensiun dini PLTU milik PLN, belum lagi adanya berbagai insentif terhadap pembelian kendaraan listrik, tentu ini meyakinkan kita bahwa pemerintah serius dalam mencapai target net zero emission."

Peluang ekspansi di industri geothermal juga tak lepas dari pasokan yang melimpah dari energi panas bumi yang ditaksir mencapai 40% dari cadangan dunia. Posisi RI semakin diuntungkan dengan letaknya di area cincin api yang merupakan salah satu pusat energi panas bumi dunia.

Hal tersebut merupakan harta Tanah Air yang patut dikembangkan supaya bisa menjamin pasokan energi hijau yang berkelanjutan.
Berdasarkan hasil eksplorasi Pertamina sejak 1974, telah ditemukan 70 wilayah panas bumi di Indonesia dan PGEO kini telah berkontribusi kepada 82% kapasitas energi panas bumi yang terpasang di RI, memasok lebih dari dua juta rumah dengan potensi pengurangan emisi mencapai 9,7 juta tCO2 per tahun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banyak Tantangan di Industri Panas Bumi, PGEO Ungkap Jurus Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular