Dibantu India, Harga CPO Menguat! Semoga Bertahan Lama...

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Selasa, 15/08/2023 09:45 WIB
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat di sesi awal perdagangan awal pekan Selasa (15/8/2023) mematahkan koreksi tiga hari beruntun sejak perdagangan pekan lalu.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau menguat tipis 0,73% ke posisi MYR 3.721 per ton pada pukul 08:00 WIB. Ini menjadi angin positif usai harganya tak mampu nanjak sejak pekan lalu. Namun, harga CPO masih berada di level 3.700.

Pada perdagangan awal pekan, Senin (14/8/2023) harga CPO berakhir ambrol 0,62% ke posisi MYR 3.694 per ton. Dengan ini, secara bulanan harganya sudah tergelincir 4,74%, dan mengalami koreksi tajam 11,5% secara tahunan.


Menguatnya harga CPO dipicu oleh ekspor yang lebih tinggi. Meskipun penurunan harga minyak nabati lainnya cukup menjadi momok mengerikan bagi pergerakannya hari ini.

"Melonggarkan kontrak berjangka sawit Dalian, koreksi harga minyak mentah dan momentum penurunan harga pasar tunai untuk minyak bunga matahari Laut Hitam dan minyak kedelai Amerika Selatan telah mengakibatkan harga minyak sawit lebih rendah," kata Anilkumar Bagani, kepala penelitian broker minyak nabati yang berbasis di Mumbai Sunvin Kelompok yang dikutip dari Reuters.

Kendati demikian, kinerja ekspor minyak sawit 1-10 Agustus yang lebih kuat dan ringgit yang lebih lemah terlihat menjaga kawanan tetap bersama untuk masa depan minyak sawit Malaysia.

Ekspor minyak sawit dari Malaysia selama 1-10 Agustus naik 5,9% dari periode yang sama di bulan Juli, surveyor kargo Intertek Testing Services pada pekan lalu. Sementara menurut surveyor kargo lainnya, AmSpec Agri Malaysia, mengatakan ekspor melonjak 17,5%.

Dari India, Impor minyak sawit pada Juli melonjak 59% dari bulan sebelumnya menjadi 1,08 juta metrik ton, tertinggi dalam tujuh bulan. Ini terjadi karena penyuling memanfaatkan harga yang lebih rendah untuk meningkatkan pembelian, kata badan perdagangan pada Senin (14/8/2023).

Impor yang lebih tinggi oleh India, pembeli minyak nabati terbesar di dunia, akan membantu produsen utama Malaysia dan india menurunkan stok dan mendukung harga CPO ke depan.

Sementara itu, impor minyak kedelai turun sekitar 22% menjadi 342.270 ton dan impor minyak bunga matahari naik 71% menjadi 327.259 ton, kata Asosiasi Pelarut Ekstraktor India (SEA) yang berbasis di Mumbai dalam sebuah pernyataan.

Impor minyak nabati India pada Juli naik ke rekor 1,76 juta ton karena penyulingan membangun stok untuk festival yang akan datang karena ketidakpastian pasokan dari Laut Hitam, kata para dealer.

Untuk diketahui, ketidakpastian di wilayah Laut Hitam masih menyuntikkan volatilitas ke pasar minyak nabati global.

Kontrak soyoil teraktif DBYcv1 di bursa Dalian naik 0,83% sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 kehilangan 0,46%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 naik 1%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait yang bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati global.

Harga minyak mentah, sementara itu, stabil pada hari Kamis setelah tujuh minggu naik, membuat minyak sawit menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(aum/aum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Belajar Dari Negeri Jiran, Ini Cara Pabrik Sawit Atasi Masalah