Market Commentary

Berkat 6 Saham Big Cap Ini, IHSG Akhirnya Berhasil Menghijau

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
14 August 2023 16:47
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (14/8/2023), setelah sempat terkoreksi di perdagangan sesi I hari ini.

IHSG ditutup menguat 0,44% ke posisi 6.910,17. IHSG akhirnya berhasil kembali menyentuh level psikologis 6.900 pada hari ini.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 1,81%.

Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Barito PacificBRPT3,799106,43%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT2,972.8902,12%
Telkom IndonesiaTLKM2,453.8300,52%
Bank MandiriBMRI2,395.9500,42%
Astra InternationalASII2,386.8000,74%
Bank Negara IndonesiaBBNI1,939.2001,10%

Sumber: Refinitiv

Saham emiten petrokimia dan energi milik Prajogo Pangestu yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 3,8 indeks poin.

Selain itu, dua saham bank raksasa juga menjadi penopang IHSG hari ini. Adapun dua saham bank raksasa tersebut yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 2,4 indeks poin dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 1,9 indeks poin.

IHSG sempat terbebani hingga terkoreksi di sesi I hari ini. Namun setelah sesi II, IHSG berhasil rebound dan akhirnya ditutup di zona hijau dan kembali ke level psikologis 6.900.

IHSG sempat terbebani oleh sentimen dari inflasi Amerika Serikat (AS) yang kembali naik, meski kenaikannya masih berada di bawah ekspektasi pasar.

Inflasi ditingkat konsumen (consumer price index/CPI) AS pada bulan lalu mencapai 3,2% (year-on-year/yoy), meningkat dibandingkan 3,0% pada Juni lalu yang sebesar 3%. Meskipun demikian, laju inflasi di bawah ekspektasi sebesar 3,3% (yoy).

Kenaikan inflasi tersebut menjadi yang pertama kali dalam setahun terakhir, setelah dalam 12 bulan berturut-turut mencatatkan penurunan CPI.

Inflasi AS sempat menyentuh 9,1% (yoy) pada Juni 2022, tertinggi dalam 40 tahun terakhir akibat melonjaknya harga komoditas global, tertutama di sektor energi, yang dipicu perang Rusia-Ukraina.

Adapun, inflasi inti, yang tak mencakup harga bergejolak tercatat sebesar 4,7% (yoy) pada Juli 2023, turun tipis dari dari bulan sebelumnya dan ekspektasi ekonom sebesar 4,8%% (yoy).

Sementara itu, secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Paman Sam pada Juli 2023 tercatat sebesar 0,2%, tak berubah dari bulan sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar.

Tak hanya CPI yang mengalami kenaikan, inflasi produsen (producer price index/PPI) Negeri Paman Sam juga mengalami kenaikan. PPI AS pada Juli 2023 meningkat ke 0,8% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,2% (yoy) dan ekspektasi pasar yang memperkirakan tumbuh 0,7% (yoy).

Kenaikan inflasi yang kembali terjadi setelah selama setahun mengalami penurunan membuat pasar berekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih akan mempertahankan sikap hawkish-nya pada tahun ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular