Was-Was dengan Data Inflasi AS, Mayoritas Bursa Asia Melemah

mae, CNBC Indonesia
10 August 2023 08:42
A man walks past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada awal perdagangan Kamis (10/8/2023) di tengah was-was pelaku pasar menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS).

Pada pukul 08:40 WIB, bursa Hang Seng Hong Kong melemah 0,76%, KOSPI Korea Selatan ambruk 0,48%, dan indeks Straits Times Singapura melemah 0,19%. Bursa Malaysia melemah 0,5%, bursa Thailand jatuh 1,33%, dan bursa Filipina anjlok 0,51%.

Sebaliknya, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,07%, Shanghai Composite China menguat 0,15%, dan indeks ASX 200 Australia terapresiasi 0,02%.

Pelaku pasar hari ini menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk Juli 2023.
Polling yang dilakukan Dow Jones memperkirakan inflasi AS akan mencapai 0,2% (month to month/mtm) dan 3,3% (year on year/yoy) pada Juli.

Sebagai catatan,inflasi AS pada Juni berada di 0,2% (mom) dan 3% (yoy).

Artinya, polling memperkirakan inflasi AS (yoy) akan meningkat.
Hal ini menjadi kekhawatiran pasar karena inflasi yang meningkat akan membuat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) kembali
hawkishdengan kebijakan suku bunganya.
Kenaikan inflasi akan menjauhkan AS untuk memenuhi target inflasi Teh Fed di kisaran 2%.

Amerika Serikat juga akan mengabarkan data penting lainnya hari ini yaitu tingkat klaim pengangguran pada pekan yang berakhir per 5 Agustus 2023.

Pada pekan sebelumnya, jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran AS mencapai 227 ribu. Jumlah tersebut naik dari pekan sebelumnya yang sebesar 221 ribu.

Melansir Trading Economics, konsensus pasar memperkirakan klaim pengangguran pengangguran AS akan kembali meningkat menjadi 230 ribu. TEForecast memprediksi kenaikan yang lebih rendah di 229 ribu.

Kenaikan tersebut cukup kecil untuk menyimpulkan jika pasar tenaga kerja AS sudah mendingin . Hal ini bisa mendukung kemungkinan bahwa The Fed masih akan memperpanjang siklus pengetatannya tahun ini.

Sentimen penggerak pasar Asia lainnya adalah kabar dari Tiongkok. China telah mengumumkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) kemarin, Rabu(9/8/2023).

Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan indeks harga konsumen (IHK) terkoreksi atau deflasi 0,3% (yoy) pada Juli 2023. Angka ini juga merupakan deflasi pertama sejak Februari 2021.

Sedangkan indeks harga produsen (IHP) terlihat mengalami penurunan selama 10 bulan berturut-turut dengan kontraksi 4,4% yoy pada Juli 2023.

Sebagai informasi, ini adalah pertama kalinya ketika IHK dan IHP mencatat kontraksi secara bersamaan sejak November 2020.

Deflasi IHK dan IPP menunjukkan jika ekonomi China melambat. Padahal, Tiongkok adalah negara dengan size ekonomi terbesar kedua di dunia.
China juga menjadi motor penggerak utama ekonomi Asia sehingga macetnya ekonomi Tiongkok bisa merusak pemulihan di Asia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]





(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular