Menanti Data Inflasi Amerika, Akankah Rupiah Tahan Banting?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Kamis, 10/08/2023 07:37 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat di tengah ketidakpastian pasar menanti inflasi Amerika Serikat (AS) dan kabar buruk dari lembaga pemeringkat rating Moody's melakukan downgrade, serta amblesnya ekspor-impor Negeri Paman Sam hingga kabar buruk dari China.

Merujuk data Refinitiv, Rupiah ditutup menguat 0,16% terhadap dolar AS di angka Rp15.190/US$. Penguatan kemarin, Rabu (9/8/2023) mematahkan tren pelemahan Rupiah yang terjadi dua hari berturut-turut.

Moody's menurunkan peringkat kredit beberapa bank di Amerika Serikat (AS) hari Senin (9/8/2023). Lembaga ini memangkas peringkat 10 bank AS satu tingkat. Bank yang diturunkan peringkatnya oleh Moody's antara lain M&T Bank, Pinnacle Financial Partners, Prosperity Bank dan BOK Financial Corp.


Namun, pemangkasan justru membuat dolar AS ditinggal investor. Mereka beralih ke instrumen lain di Emerging Market seperti rupiah sehingga mata uang Garuda menguat. Indeks dolar kemarin melemah ke 102,328, dibandingkan hari sebelumnya sebesar 102,502. AS juga kemarin melaporkan ekspor mereka mencapai US$ 247,5 miliar, terendah sejak Maret 2022. Impor tercatat US$ 313 miliar, terendah sejak November 2021. Dua hal ini menandai jika ekonomi AS tidak dalam kondisi yang baik.

Apresiasi Rupiah juga terjadi di tengah kabar buruk dari China. Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan indeks harga konsumen (IHK) terkoreksi atau deflasi 0,3% (year on year/yoy) pada Juli 2023. Angka ini juga merupakan deflasi pertama sejak Februari 2021.

Sedangkan indeks harga produsen (IHP) terlihat mengalami penurunan selama 10 bulan berturut-turut dengan kontraksi 4,4% yoy pada Juli 2023.
Sebagai informasi, ini adalah pertama kalinya ketika IHK dan IHP mencatat kontraksi secara bersamaan sejak November 2020.

Beralih ke dalam negeri, sentimen positif datang dari Bank Indonesia (BI) kemarin mengumumkan penjualan ritel Indonesia melonjak 7,9% (year on year/yoy) untuk periode Juni 2023. Angka ini merupakan turnover dari periode sebelumnya yang sempat turun tajam sebesar 4,5% yoy.

Pertumbuhan ini merupakan yang tercepat sejak April 2022, didorong oleh rebound penjualan makanan (12,0% vs -2,7% di bulan Mei) dan bahan bakar (0,2% vs -8,4%), di tengah kenaikan penjualan pakaian yang lebih cepat (15,0% vs 7,1%), karena konsumsi menguat di tengah musim liburan bagi pelajar.

Selain itu, penjualan barang budaya & rekreasi turun lebih sedikit (-0,9% vs -6,6%), informasi & komunikasi (-16,3% vs -25,3%), dan peralatan rumah tangga (-6,9% vs -8,4%). Sementara penjualan suku cadang & aksesoris otomotif terus turun (-5,2% vs -1,2%)

Di sisi lain, pelaku pasar hari ini masih menanti data inflasi AS yang cukup penting diperhatikan, pasalnya ini akan menjadi pertimbangan bank sentral AS The Federal Reserve (the Fed) dalam mengambil keputusan kebijakan moneter-nya.

Polling yang dilakukan Dow Jones memperkirakan inflasi AS akan mencapai 0,2% (mtm) dan 3,3% (yoy) pada Juli.
Sebagai catatan, inflasi AS pada Juni berada di 0,2% (mom) dan 3% (yoy).

Artinya, polling memperkirakan inflasi AS (yoy) akan meningkat. Hal ini menjadi kekhawatiran pasar karena inflasi yang meningkat akan membuat The Fed kembali hawkish dengan kebijakan suku bunganya. Kenaikan inflasi akan menjauhkan AS untuk memenuhi target inflasi The Fed di kisaran 2%.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah berhasil menembus ke bawah garis rata-rata 20 jam atau moving average 20 (MA20) yang menunjukkan adanya penguatan. Harga penutupan kemarin, Rabu (9/8/2023) mata uang Garuda di Rp15/190/US$ bertepatan dengan MA50.

Posisi saat ini terbilang sedang menguji support MA50, jika rupiah lanjut menguat maka posisi support selanjutnya yang bisa diuji pada garis MA100 di posisi Rp15.170/US$. Kendati demikian, tetap perlu diantisipasi apabila rupiah masih bisa melemah karena pergerakan harga yang selalu berfluktuasi.

Potensi pelemahan harga terdekat bisa diamati pada resistance terdekat di posisi Rp15.200/US$. Nilai ini didasarkan pada level psikologis atau round number yang potensi di uji dalam jangka pendek.

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC Indonesia Research
research@cnbcindonesia.com 


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS